Pelaut yang kuat terlahir dari kerasnya gelombang
Kau tantang bahaya demi sumpah mu sebagai pejuang. Meski raga dan jiwa kelak hilang dan kelak dikenang, tetap kau arungi samudra pertiwi wahai para pejuang ku yang malang..
Telah banyak doa dan air mata tertumpah di seluruh pelosok negeri, berharap kalian para kesatria kelak bertemu anak dan istri.
Kami tak mau kalian jauh pergi, karna kalian memang masih dibutuhkan ibu pertiwi.
Berikan kami tanda, berikan kami secercah harapan, sebagai tanda bahwa kalian baik-baik saja disana.
Meski harapan kami tak lagi berdasar, namun apalah yg bisa kami lakukan selain berharap dan tetap bersabar?Â
Kami tak mampu membayangkan jika raga mu kini dipeluk lautan samudera, kami tak mau, kami tak mampu..
Karna bagi kami, lautan samudera hanyalah tempat mu berkelana, bukan sebagai tempat mu menutup mata, bukan sebagai tempat berpisah, tapi sebagai tempat pembuktian akan sumpah mu menjaga kedaulatan bangsa
Kembalilah pulang para kesatriaku, kami rindu memeluk ragamu yang lelah itu.
Ingin kami basuh keringat yang menempel di wajahmu, mengenggam tangan hilangkan cemasmu yang hampir beku
Ceritakanlah pada kami apa yang terjadi, sapalah kami meski hanya di dalam mimpi,Â
Apakah kalian  sehat-sehat saja disana? Apakah kalian masih bisa bertahan disana?Â
Kami rindu, kami rindu, jangan hilang, mari pulang, mari pulang, wahai pejuang
Semua harapan dan doa kami panjatkan  kepada yang empunya bumi ini,
Semoga kalian semua baik-baik saja disana, kami berpasrah kepada sang Pencipta, berharap mujizat terjadi untuk kalian segerah.Â
Levi William Sangi,
Jakarta, 24 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H