Tujuan untuk membantu masyarakat agar bisa berwirausaha ini akhirnya buyar dan sirna seketika, ketika Ignasius menyaksikan sendiri bagaimana dampak gizi buruk terhadap anak-anak di pedalaman Asmat ini yang terjadi ditahun 2018 silam.
Ignasius pun akhirnya memutuskan untuk menjadi Volunteer Pertanian di pedalaman Asmat ini agar bisa mengajarkan penduduk disana untuk menanam, membudidayakan dan menghasilkan makanan yang bergizi bagi anak-anak di pedalaman Asmat ini.Â
Sudah menjadi tradisi mereka di pedalaman Asmat ini untuk mencari sumber makanan mereka di hutan, para orang tua meninggalkan anak-anak mereka dan berangkat memasuki hutan untuk mendapatkan makanan untuk mereka makan, dan terkadang butuh waktu yang lama selama beberapa hari sampai mereka kembali membawa makanan yang mereka dapat dari hutan, sehingga anak-anak mereka  terkadang harus menahan lapar sampai orang tua mereka kembali pulang.Â
Ignasius mengajarkan mereka untuk bisa menghasilkan sumber makanan dari halaman rumah mereka sendiri dengan mengajarkan mereka bercocok tanam.Â
Pada awalnya banyak yang mulai tertarik dan mengikuti jejak sang volunteer Pertanian ini, namun ketika hujan lebat turun dan ditambah lagi oleh air pasang surut yang terjadi setiap harinya sehingga membuat tanaman beberapa orang rusak karena terendam air, dan mereka pun berhenti menanam dan kembali lagi masuk hutan untuk mencari sumber makanan mereka.Â
Ignasius paham, bahwa tidak ada yang instant, melihat mereka mundur dari bercocok tanam tidak membuat Ignasius berputus asa. Meski bukan berlatar belakang pendidikan Pertanian, namun Ignasius terus berusaha mencoba mengembangkan kapasitas dirinya dengan terus belajar budidaya tanaman agar pria kelahiran Kabupaten Malaka, provinsi NTT 36 tahun silam ini bisa mengajarkan mereka tentang budidaya bercocok tanam kepada penduduk disana.Â
Seperti yang diceritakan Ignasius kepada saya yang menuliskan kisah nya ini. Penduduk di pedalaman Asmat ini memang sudah beberapa kali mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pemberdayaan Pertanian di pedalaman Asmat ini untuk pengembangan.
Ignasius bercerita bahwa mereka pernah mendapatkan bantuan bibit ikan nila beserta beberapa karung pakan ikan untuk dibudidayakan dan dikembangkan di kolam yang langsung dibuat oleh penduduk disana ketika akan menerima bantuan bibit ikan tersebut.