Yang amat disesalkan adalah ketika Inggris terkesan mendukung gerakan diplomasi dari OPM lewat diplomasi OPMRC dengan mengijinkan anggota dewan OPM membuka kantor di negara tersebut.
Kerajaan Inggris juga memberikan suaka politik kepada pentolan atau salah satu tokoh utama separatis Papua Barat tersebut. Sejak tahun 2002, Benny Wenda tinggal di Oxford bersama keluarganya dan menjadikan kota itu sebagai markas besar kampanyenya untuk memerdekakan Papua Barat. Dan lebih memprihatinkan lagi ketika dewan Kota Oxford memberikan penghargaan Honorary Freedom kepadanya.Â
Dengan begitu membuktikan adanya campur tangan asing terhadap konflik di Bumi Cendrawasih tersebut, Â serta Negara Kepulauan Vanuatu yang memberikan kesempatan hak bicaranya pada Benny Wenda (Aktivis OPM) Â untuk berbicara tentang gerakan Papua Merdeka di forum international Universal Periodic Review (UPR).Â
Selain Moses Werror sebagai ketua OPMRC, Â adapun nama-nama seperti Nicolaas Jouwe dan dua komandan pimpinan OPM yakni Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai, Â dan juga aktivis pembebasan Papua yaitu Benny Wenda. Â Mereka semuanya merupakan tokoh OPM yang dengan senyap dan pintar bergerak secara politik diplomasi mereka.Â
Doktrinisasi & Propaganda
Gerakan doktrinisasi bukan hanya terjadi pada gerakan - gerakan terorisme seperti yang kita ketahui selama ini. Â
Gerakan doktrinisasi juga dilakukan oleh OPM. Selain doktrinisasi, Â gerakan propaganda juga sering kerap kali dilakukan dengan tujuan memupuk rasa perjuangan dan menjaga ideologi Papua Merdeka mereka tetap ada.Â
Gerakan doktrinisasi dan propaganda dengan mudah bisa kita temukan lewat media-media sosial perjuangan mereka yang seharusnya terus dipantau oleh yang berwenang.Â