Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Nasib Si Mobil Tua di Jalanan Ibu Kota

3 Agustus 2019   10:44 Diperbarui: 3 Agustus 2019   10:49 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Foto : Facebook/@aniesbaswedan)

Baitan kata untuk mobil tua dijalanan ibu kota

Jakarta pagi ini terasa jauh berbeda..
Menyeruput kopi rasanya tak seperti biasanya..
Pahitnya kopi masuk bertemu luka hati dalam jiwa..
Mendengar si dia melarang sang mobil tua melintasi jalanan ibukota.. 

Aku paham akan rasamu yang sedang merana
Marah dan bimbang dengan keputusannya yang berat sebelah..
Untungnya kamu memang tak bisa bicara..
Kau si mobil tua yang kini bimbang dan pasrah.. 

Menjadi tua bukan berarti tak lagi berguna..
Buktinya mereka yang mencintainya apa adanya..
Para mereka yang gagah mencintai sejarah..
Sejarah si mobil tua saat masih berjaya.. 

Ingatkah kamu saat kampanye bersama?
Bukankah si mobil tua yang kau pakai untuk menarik rasa?
Tahukah kamu kau terlihat gagah disana?
Bersama kita menebar rasa dijalanan ibukota.. 

Si mobil tua tak rela dirinya dituduh bersalah..
Bersalah akan adanya polusi udara Ibukota
Harusnya uji emisi angkutan Ibukota yang diperketat saja..
Mengapa keputusannya merata melibas kami semua?..

Katanya mau berkaca pada Singapura
Tak sadarkah bahwa Jakarta Singapura sungguh jauh berbeda?
Rakyat disana sejahtera dengan penghasilan yang melimpah..
Kita disini mau makan saja menunya apa adanya.. 

Berikan rakyat sejahtera dulu seperti di Singapura..
Dengan senang hati si mobil tua tidak akan meluncur dijalanan Ibukota
Katanya si mobil tua matipun aku rela..
Asalkan pemilik ku sudah ada penggantinya..
Kalau aku kau tahan lantas tuanku mau makan  apa? 

Makan sekarangpun tak lagi ada susunya..
Karna menu susu sudah lama dirampas sama Trans Jakarta..
Waktu itu sih aku lapang dada bisa menerima..
Tapi mengkafankan aku sekarang sungguh sulit aku terima.. 

Mendengar cuitan si bos toyota menanggapi berita untuk si mobil tua..
Berkata bahwa jakarta akan berbeda mengikuti beberapa negara..
Aku pun tersenyum karna bisa merasa..
Baitan puisi indahnya menggambarkan hatinya yang berbunga-bunga.. 

Karna tanggapannya adalah ekspresi kegembiraan rasa..
Ku sumpahin saja semoga esemka ambil pasarnya toyota..

Semoga beliau akan bijak memutuskan menggunakan rasa..
Karna sesungguhnya ini tentang penghasilan rakyat Ibukota..
Rakyat yang setia hanya bertunggangkan si mobil tua..
Yang hidupnya pasrah menikmati hidup dengan status dibawah rata-rata.. 

Satu kalimat penutup untuk celoteh panjangku tentang jakarta..
Pasti kelak si mobil tua akan rela masuk museum sejarah..
Tapi tolong sejahterakan kami dulu laaah yaa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun