Namun ketika itu saya berfikir untuk tidak menjual ke penampung dan memilih untuk menggiling nya menjadi tepung jagung maka jagung saya akan dihargai Rp.4.000 - Rp.4.200/kg untuk harga tepung jagung dipasaran ketika itu.Â
Jika jagung yang sudah saya olah menjadi tepung jagung tadi dijual dengan harga katakanlah Rp. 4.000/kg, Â berarti saya mendapatkan keuntungan penjualan sebesar Rp.56.000.000 dikurangi Rp. 2.000.000 (anggaran proses pengepungan) Â = Rp. 54.000.000 yang saya dapatkan dari penjualan jagung yang di olah menjadi tepung.Â
Berarti, minimal nya saya mendapatkan selisih keuntungan lebih sebesar Rp.10.000.000 jika saya mengolahnya menjadi tepung jagung.
Namun sebelum menggiling nya menjadi tepung saya sudah terlebih dahulu mengecek pasar / konsumen untuk saya menjualnya. Â
Nah, Â jika demikian kita bisa mendapatkan untung yang lebih dari hasil budidaya yang kita tanam.Â
Sekarang ini saya juga sedang mempelajari bagaimana proses pembuatan saus tomat untuk mengolah tanaman tomat saya.
Ketika itu, saya seakan dipaksa untuk mencari cara atau jalan keluar agar kerugian yang saya alami ketika saya menanam tomat tidak akan terulang kembali. Bagaimana tidak, Â ketika itu harga tomat dipasaran terjun bebas ke harga Rp.500 - Rp. 1.000 / kg untuk harga pembelian dari penampung kepada saya sebagai petani.
Pengalaman pahit itu akhirnya mendorong saya memutuskan untuk mempelajari proses pembuatan saus tomat agar ketika harga tomat jatuh, Â saya akan memilih untuk mengolahnya menjadi suatu produk yang bisa saya jual sehingga saya bisa luput dari gagal panen.Â
Karena bagi saya istilah gagal panen bukan hanya soal ketika tanaman saya diserang hama atau penyakit, Â melainkan juga ketika harga jual dipasaran anjlok maka saya juga mengalami gagal panen. Â Karena pada prinsipnya serangan hama penyakit dan harga anjlok adalah sama, Â yaitu sama sama buntung atau rugi.Â