Salam Mimpi Swasembada
Saat ini hujan turun dikebun ku dengan derasnya membasahi tanah yang memang sudah seminggu butuh siraman hujan.
Ketika hujan turun tadi, saya sedang berada di tengah bedengan tanaman cabe rawit saya, bergegas saya langsung berteduh di pondok perjuangan saya. Â
Hati pun tenang dan merasa bersyukur karna hujan yang dinantikan akhirnya turun di sore ini. Â Akhirnya tergerak hati ini untuk menuliskan ini semua sambil sesekali menyeruput kopi jahe hitam yang kubuat barusan sebagai rasa syukur akan hati yang riang karena datangnya hujan tepat disaat tanaman saya membutuhkannya.
Saya tiba tiba ingat akan sebuah lagu yang berjudul "Nenek moyangku seorang pelaut".
Lagu ini pernah aku komplain ke istri saya ketika istri saya menyanyikannya ke anak kami.
Saat itu saya bilang ke istri saya :
" Ganti sama lagu lain saja, Â kalaupun mau dinyanyikan lagu itu, tolong ganti kata pelaut nya menjadi petani biar sesuai kenyataan yang ada karna kita bukan dari garis keturunan pelaut, melainkan petani" Â
Hehehe.
Karena nenek moyang kita itu paling banyak yang berkebun dibanding yang melaut. Dan saya yakin akan pemikiran saya bahwa nenek moyang kita paling banyak yang bertani dibanding melaut.Â
Asal usul keluarga nenek moyang saya pribadi paling terbanyak mengalir darah suku Minahasa dan Madura.
Dalam kedua suku yg adalah nenek moyang saya ini setahu saya lebih dominan berprofesi sebagai petani, saya tahu karna saya sering membaca artikel-artikel yang berkaitan akan budaya dan sejarah suku yang mengalir dalam diri saya, namun kecintaan saya akan budaya asal suku saya bukan menjadikan saya orang yang sukuis atau Rasis yaaa..Â