Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Petani Pemimpi

8 Juni 2019   13:54 Diperbarui: 8 Juni 2019   14:04 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok Tani "Hulu Liwon",  Desa Solog,  lolak, Bolmong,  Sulut.  Dokpri


Saat pagi datang menghampiri bumi,  
Ada sebuah pribadi yang harus segera melangkahkan kaki. 

Dengan sebuah cangkul tua di pundak kiri,  bersama beban hidup anak istri di pundak sebelahnya lagi. 

Tubuh tua itu tak seperti dulu lagi, 
Jauh lemah tak sekuat sapi yang menarik pedati, 
Tak segagah pengawal istana yang berdiri, 
Tak sesempurna kicauan berita "Ooh bahagianya jadi petani".

Ketika telinganya tak sengaja mendengar kata swasembada,
Mulutnya tersenyum sinis memberikan sebuah tanda.
Imajinasinya pun dia bawa mencoba menerima
Oooh..  Sungguh ini jauh diluar realita. 

Pikiran berpikir namun kaki terus melangkah
Menyusuri jalanan yang tak pernah berubah.
Sesekali berhenti mengikuti rasa kaki yang lelah,
Entah kapan jalan ini akan merdeka. 

Rasa lelah tidak pernah membuatnya lemah,
Karna kebutuhan keluarga yang selalu bertambah.
Entah dia harus mengeluh pada siapa,  
Sedangkan yang berkuasa tidak memberikan jalan keluarnya. 

Telapak keras sekeras baja,
Tangannya kasar tak lagi bertenaga.
Sadar akan usianya yang mulai menua
Hatinya berdoa meminta Tuhan panjangkan usia. 

Petani bukanlah orang yang takut mati,
Karna mati adalah kodrat sang ilahi.
Dia hanya memikirkan anak dan istri,
Takut akan nasib mereka nanti. 

Dengan sisa tenaga dan besarnya semangat,
Dipaculnya tanah meski keras laksana besi yang berkarat.
Sesekali wajahnya melihat ke atas,
Membujuk langit untuk datangnya hujan yang deras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun