Mohon tunggu...
Levinda CaesariantyPutri
Levinda CaesariantyPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN BTV III UNEJ: Pengenalan Media Digital dalam Pemasaran Usaha Sepatu Desa Sambiroto yang Terdampak Covid-19

30 Agustus 2021   00:13 Diperbarui: 30 Agustus 2021   00:17 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepatu-sepatu yang dikembalikan karna tidak sesuai dengan permintaan pemesan

Tahun ini Universitas Jember kembali mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Back to Village yang ketiga (KKN BTV III). KKN BTV III sendiri telah dilaksanakan sejak tanggal 12 Agustus 2021 pada hari Kamis dan dilakukan secara online. 

KKN Online ini diadakan dengan mempertimbangkan Pandemi COVID-19 yang belum berakhir, sehingga pihak universitas memutuskan untuk memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk menjalankan program kerjanya di kampung halaman masing-masing dengan tetap memenuhi protocol kesehatan. 

Sama seperti KKN BTV yang lalu, pihak universitas memberikan lima pilihan tema untuk mengembangkan potensi desa tempat tinggal mahasiswa, dan salah satu temanya yaitu Pemberdayaan UMKM yang terdampak Pandemi Covid-19.

Kantor Desa Sambiroto
Kantor Desa Sambiroto

Desa Sambiroto yang terletak di Kelurahan Sooko, Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu desa di Kabupaten Mojokerto yang juga terdampak Pandemi COVID-19. 

Banyak usaha kerajinan yang ditekuni oleh masyarakat Desa Sambiroto yang mengalami penurunan penjualan, dan juga mengalami kerugian akibat dari Pandemi COVID-19. 

Salah satunya adalah usaha sepatu milik Bapak Rachmad Hidayat (45), atau yang biasa disapa Pak Dayat. Usaha sepatu Pak Dayat mengalami penurunan pesanan semenjak seluruh kegiatan dari kegiatan sekolah, hingga bekerja dilakukan secara online. 

Pak Dayat juga telah mengurangi banyak pekerjanya karena penurunan pendapatan akibat pemesanan yang juga menurun. Ditambah usaha bapak Dayat selama ini hanya memenuhi pesanan yang masuk, dan tidak menjual sepatunya sendiri, kecuali untuk sepatu yang dikembalikan oleh pemesan karna tidak sesuai dengan permintaan. 

Bapak Dayat mengatakan bahwa beliau tidak begitu memahami penggunaan media digital sebagai pemasaran barang secara pribadi, yang membuat beliau memilih penjualan produknya melalui pesanan dari toko-toko dengan jumlah banyak.

Sedangkan untuk setiap sepatu yang dikembalikan, Pak Dayat dibantu dengan anaknya Silviana Martha, beliau menjual kembali sepatunya secara satuan dan hanya melalui WhatsApp. Sehingga ketika Pandemi Covid-19 melanda penjualan sepatu melalui WhatsApp juga sempat terhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun