Fotografi Pulau Vulkanik "Teon"
Lukisan Alam dalamPenulis lahir dan besar di Ambon, Maluku pada tahun 1966 dan menyelesaikan sekolah menengah atas pada tahun 1985.
Selanjutnya melanjutkan kuliah di kota terbesar kedua di Indonesia yaitu Surabaya dan akhirnya bermukim di Jakarta ketika bekerja sejak 1992 hingga kini.
Selalu ada rasa kerinduan mendalam terhadap alam Maluku karena original anugerah Tuhan terhadap keindahan alam yang sangat memikat.
Laut, pantai, gunung, teluk dan rangkaian pulau adalah alamat liburan yang dapat dinikmati selalu ketika pulang ke Ambon. Mempesona!
"Beta ingin mau pulang ka Amboina e, pulang ke kampungku di Maluku" (Saya ingin pulang ke Ambon, pulang ke kampung saya di Maluku). Sepenggal lagu yang sangat popular. Lagunya sudah begitu lama dan dikemas dan dinyanyikan ulang oleh sejumlah penyanyi generasi berikutnya seperti Joice pupela, Gerson Rehatta, Joseph Leiwakabessy dan lain lain.
Lagu "Beta ingin pulang" oleh Gerson Rehatta ( Sumber You Tube : Kevins Music Production)
Sejumah karya lagu asal Maluku mengetengahkan kerinduan hendak pulang ke Ambon, karena alam yang begitu menggoda dan menoreh memori permanen bagi siapapun yang mengunjunginya.
Sebutan branding Ambon “Manise” merupakan frasa satu-satunya kota di Indonesia bahkan kota yang ada dimuka bumi ini yang menggunakan istilah tersebut.
Sejak tahun 1985 hingga saat ini sudah tak terhitung penulis kembali ke kampung halaman mengunjungi Ambon, Maluku.
Namun di bulan November 2021 menjadi momen yang cukup langka dan memorable karena mendapat undangan menghadiri Peresmian Gedung GPM (Gereja Protestan Maluku) Imanuel Jemaat Mesa di Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah. Yang benar-benar sangat luar biasa! membayangkan akan ada di sebuah pulau kecil ditengah dalamnya Laut Banda, laut terdalam di Indonesia. Pulau terisolasi! Bahkan pulau tersebut ternyata sebuah pulau gunung api aktif! Wouw.
Maluku yang dikenal sebagai Kepulauan Seribu Pulau, namun bagi penulis bisa di hitung dengan jari, pulau-pulau yang pernah disinggahi sepanjang hayat dikandung badan.
Lahir dan besar di Kota Ambon dan berada di Pulau Ambon, ditahun 2012 pernah mengikuti Mission Trip Hekaleka (Gerakan Peduli Pendidikan Anak Maluku) ke Negeri Paperu, dan mampir di Negeri Ullath. Sementara pelabuhan berlabuh speedboat di Pelabuhan Negeri Haria.
Di tanah Maluku, istilah Desa lebih dikenal dengan sebutan “Negeri”. So, negeri-negeri yang disebut diatas, semuanya berada di Pulau Saparua.
Di masa kecil penulis pernah mengunjungi Pulau Haruku ketika musim durian istilah orang Maluku “pi makang durian di Haruku” (pergi untuk panen dan makan durian di Haruku). Hal ini karena ibu baptis penulis berasal dari Pulau Haruku.
Di awal tahun 2015 penulis mengunjungi Pulau Nusalaut dalam mengikuti Festival Martha Christina Tiahahu di Negeri Abubu, tempat kelahiran Sang Pahlawan Perempuan termuda di Indoensia. Sebelum mencapai Nusalaut maka penulis bersama rombongan sempat mampir di Pulau Molana.
TNS) dan Negeri Kamariang Kabupaten Seram Bagian Barat.
Di bulan Mei tahun 2017 ke Pulau Seram dalam rangka mendampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Prof. Dr.Yohana Yembise, Dip Apling, MA yang melakukan Kunjungan Kerja Menteri PPPA beserta rombongan ke Masohi, Waipia Kecamatan Teon Nila Serua (Pada bulan Agustus tahun 2018 kembali lagi ke Waipia Ibukota Kecamatan TNS Pulau Seram dalam menghadiri Penutupan KKN - PPM UGM ( Kuliah Kerja Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) angkatan 2 di lima Negeri Adat TNS, sekaligus peringatan Hari Anak Nasional.
Tema besar KKN - PPM UGM saat itu yaitu Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembangunan UMKM Pengolahan Kelapa Terpadu di Kecamatan TNS Waipia, Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Dan yang terakhir di bulan Juli 2022 mengunjungi Kota Tiakur Pulau Moa di Kabupaten Maluku Barat Daya dalam rangka Pelantikan Badan Pengurus Daerah Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua Kabupaten Maluku Barat Daya ( BPD IKB TNS Kab MBD).
Terkadang merasa malu pada diri sendiri, dengan pekerjaan maka penulis telah mengunjungi 5 benua dengan puluhan negara di dunia. Namun tanah kelahiran sendiri masih terhitung jari dalam mendatangi atau mengunjungi pulau-pulau atau kota dan kabupaten di Provinsi Maluku.
Ada ribuan pulau di Provinsi Maluku dan tersebar pada 11 kabupaten/kota yaitu Kota Ambon, Kota Tual, Kabupaten Maluku Tengah. Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Barat Daya.
Untuk itu pada kesempatan di bulan November 2021, penulis tidaklah membuang kesempatan untuk menghadiri Peresmian Gedung GPM Imanuel Jemaat Mesa Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah.
Sudah pasti, ini sebuah pengalaman baru, sensasi mengunjungi pulau kecil dan terisolasi di tengah Laut Banda. Untuk itu maka penulis berupaya melakukan pengambilan dokumentasi sebanyak-banyaknya, sambil berpikir kapan lagi yach bisa kembali disini !.
Melalui tulisan ini, penulis hendak membagikan hasil fotografi di Pulau Teon sebagai koleksi dokumentasi pribadi yang diabadikan sejak berada disana sejak tanggal 14 sd 20 November 2021 di Kampung Mesa Pulau Teon dengan tema pantai atau "beach".
Betapa agung karya Tuhan melihat indahnya pulau gunung api tersebut dimana penulis hanya menggunakan Smartphone Redmi Note 9 keluaran tahun 2020 dengan kemampuan 4 kamera belakang yaitu 48 MP ( wide), f/1.8, 8 MP ( ultrawide), f/2.2, 2 MP ( macro) , f/2.4 dan 2 MP ( depth, f/2.4) dan 1 buah kamera depan 14 MP (wide), f/2.3. Fitur yang dimiliki HDR, Panorama, video, Led flash. Battery jenis Li-Po dengan kapasitas 5020mAh, berdimensi ukuran 162,3x77,2x8,9mm, display layar 6.53 inci dengan CPU Octa-core (2x2.0 GHz Cortex-A75 & 6x1.8 GHz Cortex-A55).RAM 4 GB dan memori internal 64 GB.
Adapun penulis membagikan kondisi Kampung Mesa Pulau Teon dengan pantainya yang unik ketika surut, nampak bebatuan. Namun ketika air pasang membuat speedboat atau ketinting yang hendak merapat ke pantai harus menguasai area pendaratan yang tepat guna menghindari tersangkutnya baling-baling mesin pada batu karang menuju pantai.
Sempat penulis menanyakan kepada ABK KM. SANUS 71 yang membawa rombongan peresmian ke pulau, ketika hendak melepaskan jangkar di wilayah Seira sesaat sebelum menurunkan penumpang di Mesa.
Pengakuan ABK dibutuhkan kedalaman laut sekitar 80-90m untuk berlabuh, sehingga di wilayah Seira kedalaman tempat berlabuh lautnya sedalam demikian.
Tidak ada pelabuhan pada ketiga Pulau Vulkanik Teon, Nila dan Serua sehingga di Teon , penumpang dijemput dengan ketinting atau speedboat ke kapal perintis.
Tulisan lukisan alam karya pencipta memberi pengalaman berharga bagi penulis ketika mengunjungi Pulau Teon dalam hal sebagai berikut:
1. Setiap saat, baik pagi, siang maupun malam bisa bermain di laut alias berenang, saat itu situasi laut berbeda-beda, ada yang surut pada waktu pagi, maupun mulai air pasang menjelang sore/malam.
2. Jika hendak mencari ikan maka dengan mengunakan hanya perahu semang (sampan), atau ketinting ataupun speedboat dengan mudah dapat menangkap ikan dengan hanya bermodal sebuah alat sederhana.
3. Air hujan yang ditampung di bak penampungan jika digunakan untuk mandi tidak terasa licin di badan. Untuk membilasnya ataupun kalau mandi ke laut maka menggunakan air yang diambil dari sumur/perigi di pantai air.
4. Tidur di dipan dan rumah berdinding bambu serta beratap daun kelapa tidak ada nyamuk dan sejuk udaranya karena berdekatan dengan pantai.
5. Hasil-hasil alam yang dengan mudah diperoleh seperti kenari, kelapa, ikan, bia dari laut yang disebut fleka ataupun hasil kabong (kebun) berupa pisang, singkong, ketela dan lain lain dapat langsung diolah untuk dimakan dengan memasak menggunakan tungku kayu bakar.
6. Kampung yang kecil membuat interaksi warga begitu dekat dengan saling mengunjungi sambil bercerita di depan rumah atau di Lakpona. Begitupun aktivitas bersama ( istilah orang Maluku – masohi) membuat batako ketika rumah Keluarga Relmasira sedang di bangun, bahu membahu warga mengolah material untuk mencetak batako.
7. Sensasi embarkasi/debarkasi (menaikan/menurunkan) penumpang dan barang dari Kapal Perintis KM Sanus 71 di tengah Laut Banda ke speedboat, ketinting atau arumbai.
8. Dan masih banyak lagi sensasi pengalaman yang dirasakan penulis yang sudah cukup lama merantau di kota besar dan tidak mengalami hal-hal sebagaimana tersebut diatas.
Mengakhiri tulisan ini semoga dapat memberi informasi bagi pembaca bahwa pada Pulau Teon dan tepat di Kampung Mesa di tengah-tengah Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku ada sensasi rasa yang tertinggal sebagai memori yang sulit terlupakan!.
Membayangkan berada di atas pijakan tanah gunung api dari sebuah pulau kecil dengan luasan lebih kurang 13 km2, terisolasi, tampak kanan kiri hanya terlihat laut dan laut. Wow, ajaib karya Tuhan.
Dengan ribuan pulau dalam gugus pulaunya, Maluku saat ini perlu menjadi perhatian khusus pemerintah pusat dengan koordinasi pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kemiskinan, stunting, gizi buruk serta masalah pembangunan dan pemerataan pembangunan yang adil dan merata.
Terlebih lagi, kami mengajak wisatawan asing maupun lokal serta termasuk pengusaha atau investor untuk membangun provinsi kepulauan yang perlu penanganan serius, terukur dan berkelanjutan. Sambil menikmati keindahan alam, pariwisata, budaya dan seni.
Pada akhirnya tulisan ini, bertujuan memanggil masyarakat Diaspora Maluku di manapun berada. Dengan semboyan "Beta ingin pulang, pulang ke Ambon serta kabupaten dan kota di Maluku lainnya". Kembali dan menetapkan hati, melihat peluang-peluang yang ada untuk mendukung maupun ikut terlibat langsung dalam memajukan Maluku.
Ayo ke Maluku, minimal menikmati kebaikan Tuhan!, sebagai Lukisan Sang Pencipta.
Levina Litaay (Ketum BPP Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H