Urgensi Pembangunan Pelabuhan Lokal di 3 Pulau Vulkanik Teon Nila Serua
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pelabuhan menunjukkan kata benda yang memiliki arti yaitu tempat berlabuh.
Berkaitan judul urgensi pembangunan pelabuhan lokal di 3 Pulau Vulkanik Teon Nila Serua (TNS), maka marilah kita membedah kebutuhan pembangunan pelabuhan lokal di Kepulauan TNS tersebut.
Teon, Nila Serua secara “nature” adalah pulau gunung api yang terletak di tengah Laut Banda dan termaktub dalam jajaran pulau terluar dan terisiolasi dari Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Dalam publikasi pariwisata penikmat diving dengan menggunakan cruise atau liveaboard maka deretan pulau ini juga menjadi target kunjungan dan dipublikasi secara global sebagai forgotten islands. Sebuah branding yang sangat menarik untuk menjual "trip tour" ke Maluku bagian Selatan. Berada di ring of fire maka Kepulauan TNS memiliki daya tarik dunia sejak berabad abad sebagai media riset dan pariwisata.
Dasar Pembangunan Pelabuhan Lokal di Kepulauan Teon Nila Serua
Pembangunan pelabuhan lokal di Kepulauan TNS adalah kebutuhan nyata di lapangan mengingat mobilisasi masyarakat atau orang yang terjadi di ketiga pulau tersebut setiap tahun. Tetapi sesungguhnya ketiga pulau ini telah didatangi oleh pelancong dari berbagai negara untuk aktifitas wisata tetapi juga riset baik daratan pulau vulkanik maupun gunung api bawah laut termasuk keragaman hayatinya.
Melalui kesempatan ini penulis hendak mengungkapkan hal-hal yang di temui dalam mengunjungi pulau sekaligus berinteraksi dengan masyarakat dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (BPP IKB TNS). Adapun hal-hal yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
A. Aktvitas Tim Survei dan Riset
Tiga Pulau Vulkanik ini, menurut buku yang ditulis Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S. and Reksowirogo, L.D., 1979 tentang Data Dasar Gunungapi Indonesia yang diterbitkan Direktorat Vulkanologi, Bandung, 820, menyatakan bahwa di Kabupaten Maluku Tengah terdapat beberapa gunung api termasuk di dalamnya Gunung Teon, Gunung Nila, Gunung Serua.
Seperti diberitakan CNN Indonesia (22/06/2022), bahwa Tim Ekspedisi Jala Citra 2-2022 'Banda' Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut menemukan pegunungan berapi setinggi 3.400 meter di bawah Laut Banda, Pulau Banda, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Dalam laporan tersebut disebutkan terdapat enam gunung yang ditemukan dan gunung itu bukan gunung kecil, namun gunung setinggi 3.400 meter. Menurut Komandan Pusat Hidro-Oseanografi AL Danpushidrosal TNI AL Laksya TNI Nurhidayat saat membuka acara diskusi ilmiah Ekspedisi Jala Citra 2-2022 Banda di KRI Teluk Lada 521 di Dermaga Irian Lantamal IX Ambon, Maluku (21/7/2022).
Sebagai catatan penemuan, enam gunung tersebut rata-rata memiliki ketinggian yang hampir sama tingginya dengan Gunung Semeru di Jawa Timur yang memiliki ketinggian mencapai 3.676 meter di atas permukaan laut.
Penemuan gunung berapi bawah laut ini, kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah untuk dilaporkan ke UNESCO untuk dikaji lebih lanjut.
Maka dengan fakta-kata tersebut dengan sendirinya ketiga pulau vulkanik dan keadaan alam laut ini menjadi tujuan penelitian ahli dalam dan luar negeri.
Dalam catatan setempat, juga adanya tim survei terhadap pembangunan pelabuhan pada tahun 2013 dan tahun 2022. Selain itu di Pulau Serua juga pernah kedatangan tim dari Yayasan Konvervasi Alam Nusantara (YKAN) pada tahun 2021. Tim pendahulu YKAN mendekati Pulau Serua dengan pemimpin ekspedisi Peter Maus menggunakan Kapal Seven Seas pada tanggal 13 April 2021. Setelah melalui sejumlah proses maka dilakukan program konservasi (patroli pulau) selama 6 bulan pada interval bulan Juni sd Desember 2021 di Pulau Kekih Besar.
Dengan demikian untuk memfasilitasi berlabuhnya kapal-kapal penelitian dan atau survei, baik dari dalam negeri maupun dari internasional, memerlukan pelabuhan yang representatif di ketiga pulau tersebut.
B. Kunjungan Kapal Wisman dan Wisdom
Selama bertahun-tahun sang pemburu forgotten islands baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan domestik (wisdom) mendatangi pulau-pulau tersebut.
Dalam penuturan Mantan Kepala Dusun (Kadus) Jerili Pulau Serua Edo Ritiauw, sebelum Covid-19 (2020) maka kunjungan kapal turis bisa mencapai 200 buah pada interval tahun 2018-2019. Adapun data kapal dan penumpang tercatat di buku log Kadus Pulau Serua, apa nama kapalnya, siapa kaptennya, jumlah orang di kapal, warganegara asing atau pribumi dll. Tersebut nama kapal yang datang ke pulau seperti Seven Seas, Seahorse, George, White Manta, Blue Manta dlsbnya. Sebagian besar hendak melakukan diving di dekat Pulau Kekih Besar di Perairan Pulau Serua dengan mengabadikan kekayaan alam bawah laut yang sangat memikat.
Semua kapal ini baik cruise maupun liveaboard berlabuh di tengah laut dan kadang ke pulau dengan menggunakan speedboat.Ketika musim timur dan laut tenang maka bisanya kunjungan meningkat antar bulan September sd Oktober setiap tahun.
C. “Dapur” Wilayah Adat Masyarakat Teon Nila Serua
Sejak tahun 1978 masyarakat ketiga pulau TNS telah direlokasi ke Pulau Seram akibat ancaman meletusnya Gunung Lawarkakwa di Pulau Nila. Namun setiap tahun dalam interval Bulan Mei-November, warga masyarakat berbondong-bondong mengunjungi pulau. Upaya membersihkan kebun untuk menyiapkan tumbuhan cengkih dan pala memasuki masa berbuah, hingga panen puncak dalam bulan Agustus-September.
Di samping itu juga mengusahakan hasil lainnya seperti kopra dan hasil perikanan maupun buah-buahan. Semua aktifitas ke pulau harus melakukan proses embarkasi/debarkasi penumpang dan barang semuanya dilakukan di tengah laut.
D). World Heritage (Warisan Dunia)
Selain panen raya maka aktivitas warga masyarakat TNS juga nampak dalam membangun kembali rumah ibadah seperti yang baru saja diresmikan Gedung Gereja Protestan Maluku (GPM) Imanuel di Mesa. Ketika itu penulis mengunjungi Pulau Teon bulan November 2021. Turut hadir Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno dan Ketua DPRD Provinsi Maluku Lucky Wattimury dalam peresmian gereja di Mesa.
Di bulan Oktober 2022 telah diresmikan juga Gereja Sidang Tuhan (GST) Jelestra di Jerili Pulau Serua yang dihadiri Camat TNS Ronald Wonmaly.
Beberapa gereja merupakan warisan peninggalan sejak zaman Belanda, dalam sejarah pemberitaan injil Yesus Kristus ke Kepulauan TNS oleh GPM. Seperti Gereja Betheden di Kampung Layeni Pulau Teon, Gereja Gilgal berada di Kampung Kuralele Pulau Nila. Menurut tutur cerita kakek dari Esau Sarioa, Gereja Gilgal dibangun tahun 1927 dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1935. Sedangkan Gereja Rehoboth di Kampung Waru Pulau Serua dibangun bulan Januari 1941 dan ditabhiskan pada bulan Desember 1942.
Masih ada satu lagi Gereja Moria di Jelestra Pulau Serua yang peletakan batu pertama pada tahun 1954 dan mulai dibangun 1960 hingga diresmikan tahun 1964. Ini adalah Gereja Sidang Tuhan (GST) yang menjadi unik karena dikemudian hari berkembang menjadi sebuah sinodal yang berasal dari pulau sangat kecil yaitu Pulau Serua.
Setelah relokasi maka GST memiliki jemaat gereja tersebar di seluruh Indonesia dengan pendiri Pdt Eliazer Seamahu yang semula adalah seorang Pendeta GPM dan kedudukan sinodenya saat ini di Negeri Jerili Waipia Pulau Seram.
Sebagai aset sejarah bahkan menjadi world heritage (warisan dunia), perlu juga mendapat sentuhan pemugaran benda budaya oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI.
Aktifitas warga masyarakat TNS yang religius, berjuang membangun kembali secara bertahap gereja-gereja di pulau dan dalam waktu dekat di bulan Oktober 2023 akan diresmikan gedung GPM Jelestra Pulau Serua. Sebagaimana informasi Ketua Klasis GPM Masohi Pdt. Dana Lohy,STh kepada penulis.
E). Aktifitas Warga Yang Tinggal di Pulau
Sejumlah keluarga yang tinggal di pulau juga merawat kabong-kabong (kebun-Kebun) dan mengusahakan hasil perikanan dan perkebunan.
Di samping itu juga menjaga keamanan wilayah laut terhadap aktikitas pelaku illegal fishing khususnya yang melakukan pengeboman ikan yang dapat merusakkan terumbu karang atau habitat laut.
Selain itu bermukimnya Kepala Dusun (Kadus) di 3 pulau sebagai syahbandar pulau yaitu di Pulau Teon adalah Emes Rijoly, untuk Pulau Nila syahbandar pulaunya adalah Ical Lakotani dan untuk Pulau Serua Bob Pelmelay. Para syahbandar bertugas memandu kapal perintis untuk berlabuh di tengah laut karena tidak memiliki pelabuhan, di samping tugas lainnya menjaga pulau.
Adapun kapal yang pernah melayari ketiga pulau tersebut yaitu KM. Sanus 87, KM. Sanus 71, KM. Sanus 72 dan KM. Sanus 33. Saat ini rute tetap ke Kepulauan TNS dilayari oleh jalur kapal perintis KM Sanus 71 dan KM Sanus 33.
F). Usaha Perikanan di Pulau (Kampung Nelayan)
Upaya untuk menggeliatkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di mana sesuai arahan Camat TNS Ronald Wonmaly agar Dana Desa tiap negeri diarahkan untuk mengusahakan sumber daya alam yang melimpah di pulau khususnya hasil perikanan.
Di samping itu kelanjutan Program TEKAD (Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu) Kementerian Pembangunan Desa, Transmigrasi dan Desa Tertinggal yang sementara diimplementasi di beberapa negeri di Kecamatan TNS, khusus Negeri Waru akan melakukan kegiatan lanjutan yaitu usaha teripang kering di Pulau Serua.
Selanjutnya Negeri Kokroman melalu alokasi Dana Desa sedang mengembangkan usaha penangkapan ikan segar dan dimasukkan ke freezer di pulau.
Ketika kapal tiba maka ikan dikeluarkan dari freezer dimasukan ke coolbox stereoform sambil ditambahkan batu es. Kemudian diberangkatkan ke Waipia dengan Kapal Sanus 33 melalui rute TNS-Banda-Werinama-Tehoru-Amahi Pulau Seram.
Sebelumnya IKB TNS juga sudah memacu usaha penjualan inasua, ikan asin dan fleka (sejenis bia dari klas abalone)sebagai hasil olahan nelayan TNS kepulauan untuk dibawa ke Jakarta dan di pasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.
Setelah diangkut dari pulau dengan kapal perintis sesampainya di Ambon maka dimuatkan ke Kapal Putih PELNI (sebutan orang Maluku untuk Kapal PELNI besar seperti KM Ngapulu, KM Dorolonda, KM Dobonsolo dll)
G). Pelayaran Terjadwal PT. PELNI
Saat ini secara terjadwal Program Tol Laut Presiden Jokowi yang diatur oleh Kementerian Perhubungan menjadi sandaran masyarakat TNS dalam hilir mudik Pelabuhan Amahai Pulau Seram ke Pulau Teon, Pulau Nila, Pulau Serua di tengah Laut Banda.
Manfaat konektivitas ini sangat terasa oleh masyarakat TNS dalam melakukan aktivitas yang sudah dipaparkan diatas, sekalipun tanpa pelabuhan.
Di mana sebagaimana jadwal yang dipublikasi maka dalam sebulan ada 4 kali pelayaran pergi-pulang dalam mengangkut barang dan penumpang. Sudah pasti semua pelayaran yang tiba di pulau tidak ada tempat berlabuh selama bertahun-tahun.
.
Komunikasi dan Koordinasi Bersama Pemerintah
1). Di bulan Januari 2020, BPP IKB TNS telah mendampingi Badan Latupati TNS dalam melakukan audiensi dengan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Kedeputian V yang membidangi Hukum, HAM dan Pertahanan Theofransus Litaay, SH,LLM,PhD.
Di samping beberapa isu strategis yang didiskusikan/dikemukakan maka ada satu kebutuhan yang diungkapkan oleh Badan Latupati TNS kepada Presiden dengan harapan dibangunnya tempat sandar kapal (pelabuhan) di ketiga Pulau Teon Nila dan Serua.
Bertahun-tahun sejak Indonesia merdeka, masyarakat TNS naik dan menurunkan penumpang serta barang di tengah laut pada ketiga pulau vulkanik tersebut. Saat itu respon Tenaga Ahli KSP Kedeputian V bahwa itu adalah ranah Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah bukan Presiden. Jadi bapak–bapak pulang dan berkoordinasi dengan Pemkab. dalam pengajuan pelabuhan di pulau.
2). Di bulan Januari 2021 penulis menghubungi Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal setelah mendapat informasi dari masyarakat berkaitan adanya tim survei yang pernah ke pulau di tahun 2013. Saat survei, sudah ada penempatan patok titik lokasi pelabuhan pada ketiga pulau. Sempat penulis tanyakan kenapa tidak berlanjut, dijawab beliau bahwa itu program provinsi , ibu silahkan tanyakan ke Gubernur Karel Ralahalu.
Masa Pemerintahan Gubernur Maluku Karel Ralahalu selama 2 periode yaitu dari tahun 2003 -2013. Dilain kesempatan penulis mengkonfirmasi hal tersebut kepada Gubernur Karel, beliau menyatakan bahwa, benar! Saya mengunjungi TNS dan ketika itu masyarakat meminta pelabuhan, saya merespon!
Namun saya sudah harus turun 2014 dan berharap akan diteruskan pengganti saya yaitu Gubernur Said Assagaf (2014-2019), namun tidak dilanjutkan.
3). Nah, di era Pemerintahan Gubernur Maluku Murad Ismail 2019-2024 pelabuhan bergulir lewat Sambutan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno pada acara peresmian Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon pada tanggal 14 November 2021.
Dalam sambutannya, menurut Orno bahwa dibutuhkan paling sedikit 4 tahun dalam tahap pembangunan pelabuhan di pulau. Yang dimulai dari feasibility study (studi kelayakan), Amdal (Analisa Dampak Lingkungan), Design engineering dan Implementasi. Sudah pasti, kita baru “bisa bangun satu dulu' nanti dari hasil survei akan diputuskan di mana, kita tidak bisa memilih lokasi pelabuhan demikian arahan wagub kala itu.
Tim Survei Ulang – Pelabuhan Lokal Pulau Nila
Di bulan September 2022 Ketua Badan Latupati TNS Agustinus Letwory dan Jimmy Serpara mendampingi tim dari Dishub Maluku Benianus Leasa dan konsultan perencana pelabuhan Benny Wijaya mengunjungi Pulau Nila untuk melakukan kegiatan Pra FS (Feasibility Study). Tim beberapa hari berada di pulau dan menginap di rumah salah satu orang tua Nila yaitu Mama Lala Marantika/Lakotani .
Tepat pada tanggal 3 Oktober 2022 sosialisasi pembangunan pelabuhan di pulau oleh Dinas Perhubungan Provinsi Maluku dengan surat undangan No surat 005/09/I/2022 di mana dilakukan Forum Group Discussion (FGD) sekaligus paparan draft akhir study Pra FS (Fesibility Study) Pembangun Pelabuhan Lokal Pulau Nila oleh konsultan perencana.
Hadir dalam FGD tersebut Badan Latupati TNS yang juga adalah Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Usliapan Agustinus Letwory dan KPN Sifluru Natanel Tuakora namun sebagian KPN Pulau Nila dan lainnya mengikuti via zoom, begitu juga dari pejabat Kementerian Perhubungan. Selain itu turut diundang juga Patura (orang tua) TNS dari Forum Peduli TNS Alex Relmasira dan Sendry Nuniary. Tampak hadir dari Pulau Nila Kepala Dusun Kokroman Islandy Lakotani dengan sapaan Ical.
Dalam FGD berdasarkan hasil Pra FS maka pembangunan pelabuhan mengerucut ke Pulau Nila dengan acuan 3 titik poin seperti tampak pada gambar dibawah ini. Di mana akan dilanjutkan dalam tahapan berikutnya FS atau studi kelayakan..
Implementasi Pelabuhan Lokal di Kepulauan Teon Nila Serua
Sedikit tentang kondisi 3 pulau vulkanik di tengah Laut Banda, bahwa tidak mudah menemukan tempat yang landai untuk merapatnya kapal, apalagi di wilayah Maluku sudah bukan hal umum bahwa pada setiap pulau-pulau kecil berlaku 2 musim dan harus memiliki 2 pelabuhan pada satu pulau.
Pada musim timur akan menggunakan pelabuhan tertentu dan jika musim barat tiba maka harus berlabuh pada pelabuhan lainnya. Contoh misal di Pulau Teon pada musim timur kapal perintis akan berlabuh di Mesa tepatnya di Lofna Tanjung Siera arah ke Yafila tetapi ketika musim barat tiba maka kapal akan berlabuh di depan kampung Watludan.
Sedangkan di Pulau Nila pada musim timur kapal berlabuh di Mersa tetapi ketika musim barat di depan Kampung Lama Kuralele. Untuk Pulau Serua jika musim timur tiba maka kapal akan berlabuh di depan Pantai Lopra Jerili sebaliknya kala musim barat ada 2 tempat di Watinu atau Pantai Besar (Wlanlapna) Waru.
Harapan Pelabuhan Lokal di TNS Kepulauan Dapat Diwujudkan
Ini adalah masa akhir Pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku masa bakti 2019-2024, menjadi tanya dalam masyarakat kapankah tempat berlabuh menjadi kenyataan?
Penulis dihubungi oleh Kadus Kokroman Pulau Nila Ical Lakotani, ibu !tolong tanyakan ke Kadishub, kapan tim turun lagi karena dijanjikan Maret 2023 oleh konsultan pada saat terakhir mengunjungi pulau tahun 2022.
Debarkasi KM.Sanus 71 membawa peralatan dalam rangka Peresmian GST Jelestra Pulau Serua Oktoboer 2022 (video Pieter Sena Ursia)
Setelah penulis mengkonfirmasi ke Kadishub Provinsi Maluku, ternyata tidak ada penganggaran Pelabuhan Lokal Pulau Nila dalam Tahun Anggran (TA) 2023 untuk kelanjutan tahap berikutnya. Adapun survey awal yang dilakukan hingga FGD di bulan Oktober 2022 adalah “baru” tahapan Pra FS (Feasibility Study).
Menurut konsultan perencana Benny Wijaya ada sejumlah tahapan lanjutan seperti Feasibility Study (Study Kelayakan), Masterplan, Amdal (Analisa Dampak Lingkungan), SID (Survey Identification Detail), DED (Design Engineering Detail) hingga implementasi.
Karena sudah memasuki bulan Juli 2023 sambil memperhatikan adanya peluang anggaran perubahan di bulan Agustus maka penulis coba menghubungi Komisi 3 DPRD Provinsi Maluku yang membidangi infrastruktur Anos Yeremias.
Dikatakan oleh beliau, oh! belum pernah dibahas di rapat komisi!, penulis diminta untuk menanyakan langsung ke Wagub Orno dan Ketua DPRD Lucky Wattimury yang waktu itu ke Mesa Pulau Teon.
Sambil berpikir kapan jadinya yach? Jika tahun ini tidak ada anggaran padahal tahun depan sudah pemilu dan berakhirnya masa jabatan Wagub Orno? Akankah bernasib sama dengan zaman pemerintahan Gubernur Karel Ralahalu?
Adapun ungkapan Kadus Ical Lakotani sebagai orang yang tinggal di Pulau Nila dan mendampingi tim survei tahun 2013 dan di tahun 2022 kembali lagi disurvei setelah 9 tahun kemudian. Beliau menyampaikan kepada penulis, ibu! Beta bilang par tim survei ini batul-batul kaseng, ka parlente? (Ini apakah benar tidak, atau cuma bohong!)
Sambil mencoba mencari informasi lain dari Kementerian Perhubungan bahwa sebenarnya pelabuhan lokal di Kepulauan TNS sudah masuk short list tinggal menunggu dokumen perencanaan yang dilayangkan Pemerintahan Provinsi Maluku ke pusat.
Mengakhiri tulisan ini dari semua alasan urgensi yang telah penulis kemukakan, maka sempat penulis meminta tanggapan kepada konsultan perencana asal Bandung yang bukan orang Maluku, seberapa pentingnya pelabuhan ini bagi masyarakat TNS ketika bapak melihat langsung di lapangan?
Jawabannya, ibu masyarakat sudah sangat membutuhkan dan kita kesampingkan semua aspek ekonomi tetapi “kemanusiaan” adalah bagian terpenting dari perlunya negara hadir melaksanakan hal ini. Karena saya temui sendiri dalam perjalanan kembali ada yang terjatuh ke dalam laut ketika embarkasi di KM. Sanus 71.
Oh TNS, forgotten islands! Semoga engkau menjadi Unforgotten Islands-Volcano Islands yang melegenda dan mendunia karena engkau titipan Uplera (Allah Maha Pencipta) yang harus kami jaga dan usahakan demi kesejahteraan anak cucu Nusa Telu-Teon Nila Serua. Hop, Kalweta! Uplera Nortarita.
***
Visi IKB TNS mewujudkan masyarakat Teon Nila Serua yang Sejahtera, Mandiri dan Berbudaya
(Levina Litaay – Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua 2022-2027)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H