Dalam kehidupan masyarakat TNS selalu menghadirkan kearifan lokal dalam bingkai Ukmu Moritari Solilakta jika mengerjakan sebuah tujuan bersama yang baik. Cara hidup orang basudara di TNS tampak dalam cita rasa kekeluargaan, gotong royong dari ketujuh negeri TNS yang mana setiap Kepala Pemerintahan Negeri dari Pulau Nila bersepakat mendonasikan Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu) dikoordinir oleh Herdion Marantika.
Istilah dalam masyarakat TNS adalah Bapuli/Pulpuli/Puli yaitu kesediaan/kerelaan memberi sejumlah uang untuk sebuah tujuan bersama.
Uang yang terkumpul akan digunakan untuk pengangkutan barang-barang ke pelabuhan dengan menyewa sebuah truk. Dan juga pembelian cat, amplas dll untuk memperbaiki perabot rumah sakit “hibah” yang mulai karatan (rekondisi).
Sudah ada tempat tidur, lemari maupun tiang infus, bagaimana dengan kasur dan bantal dan lainnya. Maka selaku Ketua Umum Badan Pemgurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (BPP IKB TNS), penulis mengeluarkan seruan di WAG TNS kepada semua warga agar kita dapat membantu dengan cara masing-masing.
Sementara barang diangkut dan diatur ke truk, datang donasi 1 (satu) buah kasur dari Negeri Bumei. Kemudian disusul ada seseorang yang tidak mau disebutkan namanya menyumbang 2 (dua) buah kasur lipat.
Barang kemudian dinaikkan di truk malam itu dan siap diberangkatkan ke Pelabuhan Amahai sekitar jam 5 pagi nanti. Hal ini mengingat kapal KM.Sanus 71 akan sandar di Pelabuhan Amahai pada pagi subuh untuk selanjutnya bertolak ke kepulauan TNS dengan rute lanjut, Pulau Serua-Pulau Nila- Pulau Teon.
Pengangkutan barang ke Pulau Nila
Masih ingat kisah membawa keyboard dan peralatan elektronik pada tulisan penulis berjudul “Melodi Dari Kesunyian Pulau Volcano Nila”!. Sudah pasti tidak mudah, mengingat tidak ada dermaga di Pulau Nila dan barang diturunkan di tengah laut.
Pagi itu tanggal 3 September 2021 truk berangkat dari Waipia dan merapat ke Pelabuhan Amahai tepat di samping KM.Sanus 71 agar barang bisa diangkut dengan menggunakan kren kapal.