Berbeda dengan Kampung Mesa maka deretan rumah di Kampung Layeni tidak serapi hunian di Mesa. Yang berbeda juga bahwa sebagian besar rumah juga sudah beton (istilah orang Maluku disebut "rumah batu") dan beratap seng. Tidak seperti di Mesa yang sebagian besar rumah beratapkan daun kelapa hanya 2 rumah yang berupa rumah batu. Ada sejumlah 13 KK yang menetap di Kampung Layeni Pulau Teon dengan jumlah jiwa 40 orang.
Adapun pada acara Peresmian Gereja Mesa maka Kampung Layeni menjadi tuan rumah rombongn VIP yang menggunakan Kapal Basarnas yaitu Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno beserta istri dan Ketua DPRD Provinsi Maluku Lucky Wattimury beserta istri.
Rombongan VIP tiba tanggal 13 November 2021 dan memilih menginap di Kampung Layeni karena ada kerabat Wakil Gubernur yang menikah dengan orang Layeni.
Pada tanggal 14 sore, rombongan VIP menghadiri Peresmian Gedung Gereja Imanuel Mesa Pulau Teon dan setelah selesai makan malam bersama maka rombongan langsung kembali ke Ambon.
Malam peresmian itu, sejumlah warga Kampung Layeni turut hadir dalam acara, bahkan mereka telah bahu membahu sebelumnya dalam bekerja menyelesaikan pembangunan gereja.
Pada hari Minggu setelah peresmian maka gereja digunakan pertama kali untuk ibadah sekaligus pemberkatan nikah warga Kampung Layeni.
Di pulau-pulau di Kepulauan Maluku kehidupan kekerabatan masih begitu kental dirasakan. Gotong royong dan saling membantu dengan sukarela untuk sebuah tujuan bersama yang baik dapat ditemui juga dalam masyarakat TNS yang berfilosofi Ukmu Mori Tari Solilakta.
Malah menurut Pendeta Jemaat GPM Mesa Febby Picaulima ketika kunjungan ke Kampung Mesa Pulau Teon dalam penguatan warga ketika membangun maka tampak partisipasi warga kampung tetangga.
Kaum perempuan dari Layeni mendedikasikan waktunya untuk datang ke Mesa untuk mengangkat pasir dari pantai guna pencampuran semen dalam membuat tembok bangunan gereja yang sementara dikerjakan oleh kaum lelaki. Oh indahnya kehidupan di kampung!