LOSRENI: Kampung Layeni Pulau Vulkanik Teon
Selain mengisahkan kunjungan penulis di Kampung Mesa Pulau Teon dalam rangka Acara Peresmian Gedung Gereja Imanuel secara bersambung di Kompasiana, masih ada tersisa cerita yang penulis merasa perlu untuk mengangkat Layeni, pusat "intelektualitas" masyarakat Pulau Teon.
Dimanakah Kampung Layeni? Di tengah Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku terhampar rangkaian kepulauan yang disebut Kepulauan Teon, Nila, Serua yang merupakan gugusan kepulauan vulkanik.
Ada 7 pulau, yang berpenghuni yaitu Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua sedangkan yang tidak berpenghuni yaitu Pulau Kari, Pulau "atol" Nusafnu, Pulau Kekih Besar dan Pulau Kekih Kecil. Di Pulau Teon ada 5 kampung adat yaitu Layeni, Mesa, Watludan, Yafila dan Isu.
Di Kampung Layeni terdapat sejumlah marga atau nama keluarga (family name) seperti Nivaan, Liliefna, Leunufna yang berada dalam Soa Flunluli. Sedangkan marga Istia, Serworwora, Tewernussa dan Kelelufna bernaung dalam Soa Fnuntati.
Dari marga tersebut telah melahirkan sejumlah orang-orang terpelajar dalam berbagai bidang dan telah memberi kontribusi bagi bangsa ini baik secara lokal maupun nasional.
Siang itu rombongan kecil bertolak dengan speedboat menuju Kampung Layeni. Kedatangan kami dengan tujuan untuk berkoordinasi soal rencana acara pembuatan inasua di pulau untuk didokumentasikan dalam Program Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku.
Jangkauan speedboat hanya sekitar 7 menit dari Pantai Mesa menuju ke Kampung Layeni. Menurut penuturan warga jika menggunakan perahu "ketinting" dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. Nampak di tepian Pantai Layeni, bentuk batu karang yang jelas terlihat di dalam air sehingga speedboat harus mengambil arah yang bebas untuk tidak tersentuh baling-baling mesin.
Memasuki Kampung Layeni Pulau Teon Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku (video dokumentasi pribadi)
Dalam perjalanannya, kita bisa menikmati pandangan kearah daratan yaitu pantai pasir putih terpanjang yang dimiliki Pulau Teon antara Mesa dan Layeni.