Pengalaman Selama di Ibu Kota Negara (IKN) Brasil, Brasilia
Saya mendapat kesempatan penugasan sebanyak 2 kali mengunjungi Negera Federasi Brasil. Yang pertama pada masa Pemerintahan Presiden Gus Dur di bulan September 2000 dan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2008.
Pada kunjungan kenegaraan pertama di masa Presiden RI Abdul Rachman Wahid yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur melakukan lawatan ke beberapa negara Amerika Latin yaitu Argentina, Venezuela, Brasil, Chili dan Kanada.
Cukup excited teringat ketika terbang dari Chili menuju Kanada selama 18 jam penerbangan.
Pada 3 jam awal kami dalam siaga dekompresi akibat terbang di atas Pegunungan Andes dengan ketinggian 13.000 kaki di atas permukaan laut.
Pegunungan Andes termasuk salah satu pegunungan terpanjang di dunia sejauh 7.242 km dan membentang pada 7 negara yaitu Argentina, Bolivia, Chili, Kolombia, Equator, Peru, Venezuela.
Untuk kedua kalinya saya mengunjungi Brasil dalam penugasan kunjungan Presiden SBY Ke Amerika Serikat, Meksiko, Brasil dan Peru ( 13-26 November 2008).
Kunjungan kerja itu dalam rangka menghadiri Leaders Week APEC 2008 di Peru dan Pertemuan G20 di Brasil.
Adapun kunjungan kedua ke Brasil ini sangat membekas di ingatan saya, karena kisah decak kagum luar biasa terhadap Sang Proklamator Presiden RI Ir. Soekarno dalam serpihan narasi pemandu tur (tour guide) di Kota Brasilia.
Sebagai penanggung jawab komunikasi di pesawat kepresidenan, maka saya bertugas layaknya seorang "pramugari" sekalipun tupoksinya berbeda. Ketika terbang bekerja dan ketika di darat saatnya istirahat.
Setelah mendarat di Brasilia, kami mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan wisata ke beberapa ikon kota tersebut.
Konsultan itu Sang Proklamator RI
Brasilia adalah Ibu Kota Negara Federasi Brasil merupakan sebuah kota modern yang terencana dengan baik di bagian Selatan Amerika dan dibangun pada masa Pemerintahan Presiden Juscelino Kubitschek de Oliveira (JK).
Hari itu kami mengelilingi Kota Brasilia dan dipandu oleh seorang tour guide yang fasih berbahasa Indonesia dan ternyata seorang Pastor asal NTT yang sementara bertugas di Brasil.
Singkat cerita, kami mengunjungi beberapa ikon seperti Cathedral Metropolitana, JK Memorial Museum dan juga mendatangi “Titik Nol” Kota Brasilia.
Dari penjelasan pemandu tur bahwa Kota Brasilia sebagai Ibu Kota Negara yang baru, direncanakan akan dibangun dalam kurun waktu 50 tahun.
Namun Juscelino Kubitschek Presiden Brasil ke-21 dengan istri Sarah Lemos dalam kurun waktu tidak sampai 5 tahun dapat menyelesaikan dan memindahkan Ibu Kota Negara dari Rio de Janeiro ke Brasilia.
Kubitschek memiliki sahabat karib Presiden RI Soekarno yang adalah seorang Arsitek tamatan ITB dan sekaligus sebagai konsultan dalam pembangunan ibu kota baru tersebut demikian ungkap pemandu tur.
Akhir dari sebuah persahabatan melampaui sebuah perencanaan yang panjang, tercatat dalam kurun waktu tahun 1956-1961 Kota Brasilia terbangun sebagai Ibu Kota Negara baru pengganti Rio de Janeiro dan jika dihitung hanya membutuhkan waktu 2.000 hari pembangunan.
Presiden Soekarno sempat melakukan kunjungan ke Ibu Kota Negara Federasi Brasil. Lagi-lagi menurut pemandu tur karena jasa-jasa Soekarno maka Presiden Kubitschek mempersilahkan Sang Arsitek untuk memilih sendiri letak Kedutaan Besar RI di Brasilia.
Jasa Soekarno yang dihargai itu telah diberikannya tanah seluas 2 hektar bagi Kedutaan Besar Repubik Indonesia dan menjadi satu-satunya Kedutaan Besar negara sahabat yang memiliki tanah sangat luas, demikian penuturan sang guide.
Bahkan dari dokumentasi yang diungkapkan oleh Mantan Duta Besar RI untuk Brasil Sudaryomo Hartosudarmo, Bung Karno sempat melemparkan koin untuk menentukan lokasi kedutaan tersebut.
Dalam rasa kagum, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Catedral Metropolitana. Bangunannya cukup unik karena di bagian depan berjejer beberapa patung orang kudus.
Karena saya memiliki hobi mengoleksi postcard, maka dengan tidak membuang waktu sejumlah jepretan foto diambil untuk mengabadikan gereja dengan arsitek yang menarik.
Paling tidak dengan membawa pulang postcard, saya telah menyimpan dokumentasi telah tiba di tempat ini, pikir saya.
Dari Gereja Catedral Metropolitana kami menuju JK Memorial Museum yang tidak jauh dari situ, warga negara Brasil sangat menghargai dan menjunjung tinggi presiden mereka ini.
Sejumlah bangunan penting diberi nama sang presiden bahkan Bandara Brasilia diberi nama Presidente Juscelino Kubitschek International Airport, hotel di mana saya menginap juga bernama Kubitschek Plaza Hotel.
Kubitschek memiliki ibu berdarah Eropa dan berlatar belakang dokter, dinilai telah membawa perubahan yang sangat besar bagi Negara Brasil. Hari ini Brasil menjadi negara terbesar secara ekonomi di dunia.
Di dalam Juscelino Kubitschek Memorial Museum, kami melihat barang-barang peninggalan sang presiden.
Kami pun diantar oleh pemandu tur untuk melihat pajangan foto Soekarno dalam dokumentasi Kubitschek termasuk tahapan pembangunan kota tersebut.
(Simak juga tulisan Yudie Thirzano dari Tribunnews.com tanggal 4 Juli 2014 dengan Judul Ada "Jejak" Bung Karno di Brasil).
Perjalanan tur dilanjutkan dan sepanjang jalan kami dibuat kaget dengan melihat beberapa bangunan seperti di Jakarta. Plaza Semanggi bagaikan memiliki kembaran di Brasil dan juga Jembatan Semanggi.
Sebuah perencanaan perkotaan yang minimalis dan terintegrasi karya Arsitek Oscar Niemeyer tempat kedudukan Kantor Pemerintahan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Yang tak terbayangkan sebelumnya, sebuah hutan belantara dekat dengan Sungai Amazon dan kala itu telah dibangun dan ditempati 3.3 juta jiwa serta berjarak 1.200 km dari Rio de Janeiro.
Masih dalam rute wisata seharian, kami lalu diturunkan di sebuah lapangan kosong dan tampak di tengah lapangan tersebut tertancap sebuah "Palang Salib".
Saya sempat dengan nada tanya berkata kepada pemandu tur, "Mau lihat apa di sini kok kosong yach?"
Sang pemandu tur mengatakan inilah, “'Titik Nol' Ibu Kota Negara Brasil dan Salib ini adalah penanda Titik Nol Ibu Kota Negara baru Brasilia."
Menurutnya, pada saat kota ini diresmikan maka Presiden Juscelino Kubitschek melakukan ritual “Perjamuan Ekaristi” sebagai sebuah bentuk peribadatan Katolik.
Cerita tentang pembangunan dan pemindahan Ibu Kota Negara baru bagi Brasil mungkin tidak terlalu diketahui banyak orang.
Di mana pembangunannya, hanya dikerjakan dalam waktu 2.000 hari dan ada kontribusi seorang Presiden RI yang pertama.
Inilah rasa kekaguman dan bangga saya bagi Bung Karno dalam kisah yang membekas ini dari tuturan seorang pemandu tur ketika bertugas di Brasilia.
Jokowi Sang Visioner
Langkah berani Presiden Kubitschek, seolah teringat kembali ketika Presiden Jokowi memutuskan memindahkan Ibu Kota Negara RI.
Dalam pemberitaan di CNBC Indonesia tanggal 10 Juli 2019 dengan tajuk Brasil Pindahkan Ibukota Selama Lima Tahun, Indonesia?
Dalam uraian tulisan itu pada tanggal 10 Juli 2019 telah dilakukan diskusi di Bappenas dipimpin oleh Menteri PPN/Bappenas saat itu Bpk. Bambang Brojonegoro dengan mengundang Dubes Brasil untuk Indonesia Rubem Barbosa dan Mantan Dubes RI untuk Brasil 2010-2015 Sudaryomo Hartosudarmo. Ditemukan alasan inti pemindahan Ibukota Rio de Janeiro untuk pemerataan ekonomi dan penyebaran penduduk.
Ibu kota Brasilia dibangun mulai dari nol, dimulai dari infrastruktur dasar yang dikerjakan dalam 3 tahun dan kemudian memindahkan penduduk ke kota tersebut dalam interval pembangunan 1956-1961.
Adapun dalam diskusi saat ini telah dikemukakan oleh Menteri PPN/Bappenas bahwa perekonomian nasional Indonesia tertumpuk di Pulau Jawa sebesar 58% dan lebih spesifik jelas menurut Bambang 20% berasal dari wilayah Jabodetabek.
Belajar dari Brasil, maka dengan keteguhan hati untuk mengurai ketimpangan pembangunan yang Jawasentris dan keberanian mengatasi semua kecaman perencanaan di tengah pandemi, Presiden Joko Widodo akhirnya memindahkan Ibu Kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Pada tanggal 14-15 Maret 2022 Presiden Jokowi hadir dan bermalam di IKN sekaligus melakukan ritual di titik nol tersebut.
Selain doa dan tinggal berkemah di titik nol, pada hari Senin Presiden RI telah menghadirkan 34 Gubernur seluruh Indonesia sambil membawa 2 kg tanah dan 1 liter air yang mewakili spirit dan kearifan lokal daerah para gubernur.
Tanah dan air tersebut kemudian diletakan menjadi satu di kendi tembaga di Titik Nol Ibu Kota Negara Nusantara.
Hal itu memberi makna bahwa kesatuan nusantara dari Sabang sampai Merauke terlebur dalam tanah dan air, Tanah Air Indonesia. IKN Nusantara menjadi milik dan tanggung jawab bersama.
ikn.go.id, terdapat 8 prinsip dari Ibu Kota Negara Nusantara yaitu: 1) mendesain sesuai kondisi alam 2) Bhineka Tunggal Ika 3) terhubung, aktif dan mudah di akses 4) rendah emisi karbon 5) sirkuler dan tangguh 6) aman dan terjangkau 7) kenyamanan dan efisiensi melalui teknologi 8) peluang ekonomi untuk semua.
Sesuai lamanDalam pandangan saya, Presiden Joko Widodo blessing bagi Indonesia merupakan seorang arsitek ulung, bukan saja dalam hal teknis tetapi sangat visioner terlebih beliau pun mengembalikan roh jati diri bangsa Indonesia, bangsa maritim, bangsa yang besar yang di dengungkan Soekarno pada masa lalu.
Tol laut dan poros maritim dunia merupakan kedigdayaan bangsa nusantara yang menurut konsep Soekarno bahwa Indonesia merupakan laut yang ditaburi pulau-pulau.
Maka laut adalah masa depan kita. Dalam salah satu quote pidato Jokowi di awal memimpin pada periode pertama 2014 ada sebutan “kita terlalu lama memunggungi laut”.
Bangga untuk cerita pemandu tur di atas kepada jejak Soekarno di Brasilia, seolah memacu saya dan sangat percaya bahwa Presiden Jokowi dirahmati Tuhan memimpin dan mengakhiri kepemimpinan dengan membawa Indonesia menjadi negera maju.
Bangsa Indonesia akan melangkah tangga negara elite G20 sebagai negara dengan pendapatan per kapita yang besar menempati rangking 4 dunia di tahun 2045.
G20 Presidency Indonesia seolah membuktikan juga bahwa Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Jokowi yang juga seorang insinyur akan terlibat aktif membangun dunia dalam 3 isu prioritas, yaitu Global Health Architecture, Digital Transformation and Sustanaible Energy Transition.
Dengan Spirit G20 Recover Together, Recover Stronger, semua mata dunia sedang melihat bagaimana di tangan presiden yang hanya rakyat jelata, pribadi yang selalu tampil sederhana, seorang pengusaha mebel sedang membangun tanpa menyerah dan membuktikan bahwa Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh.
IKN Nusantara menjadi sebuah tindakan nyata yang akan memberi harapan hadirnya pembangunan pusat pertumbuhan baru di 34 propinsi di Indonesia. Upaya strategis mengurai dampak pembangunan yang hanya timpang pada wilayah tertentu di republik ini.
Hal inilah yang diimpikan seluruh warga Bangsa Indonesia dan telah diamanatkan dalam UUD 1945 menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.
Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi telah membuktikan pada dunia sekalipun di tengah pandemi telah mengalami pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2021 mencapai 3,69% sesuai data BPS.
Mari Jadilah Generasi Pembangun!
God Bless Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H