Kubitschek memiliki ibu berdarah Eropa dan berlatar belakang dokter, dinilai telah membawa perubahan yang sangat besar bagi Negara Brasil. Hari ini Brasil menjadi negara terbesar secara ekonomi di dunia.
Di dalam Juscelino Kubitschek Memorial Museum, kami melihat barang-barang peninggalan sang presiden.
Kami pun diantar oleh pemandu tur untuk melihat pajangan foto Soekarno dalam dokumentasi Kubitschek termasuk tahapan pembangunan kota tersebut.
(Simak juga tulisan Yudie Thirzano dari Tribunnews.com tanggal 4 Juli 2014 dengan Judul Ada "Jejak" Bung Karno di Brasil).
Perjalanan tur dilanjutkan dan sepanjang jalan kami dibuat kaget dengan melihat beberapa bangunan seperti di Jakarta. Plaza Semanggi bagaikan memiliki kembaran di Brasil dan juga Jembatan Semanggi.
Sebuah perencanaan perkotaan yang minimalis dan terintegrasi karya Arsitek Oscar Niemeyer tempat kedudukan Kantor Pemerintahan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Yang tak terbayangkan sebelumnya, sebuah hutan belantara dekat dengan Sungai Amazon dan kala itu telah dibangun dan ditempati 3.3 juta jiwa serta berjarak 1.200 km dari Rio de Janeiro.
Masih dalam rute wisata seharian, kami lalu diturunkan di sebuah lapangan kosong dan tampak di tengah lapangan tersebut tertancap sebuah "Palang Salib".
Saya sempat dengan nada tanya berkata kepada pemandu tur, "Mau lihat apa di sini kok kosong yach?"
Sang pemandu tur mengatakan inilah, “'Titik Nol' Ibu Kota Negara Brasil dan Salib ini adalah penanda Titik Nol Ibu Kota Negara baru Brasilia."
Menurutnya, pada saat kota ini diresmikan maka Presiden Juscelino Kubitschek melakukan ritual “Perjamuan Ekaristi” sebagai sebuah bentuk peribadatan Katolik.