Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Aer Pusaka, Air Sumber Kehidupan di Mesa Pulau Teon

2 Maret 2022   18:12 Diperbarui: 22 Maret 2022   07:38 4421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya masuk ke aer pusaka menjelang magrib (dokumentasi pribadi)

Aer Pusaka -- Air Sumber Kehidupan di Mesa Pulau Teon ( Bagian 2)

Pulau Teon sebuah pulau vulkanik dan  merupakan satu dari gugusan Kepulauan Teon Nila Serua (TNS) Kabupaten Maluku Tengah Propinsi Maluku. 

Sesungguhnya Pulau Teon berada di tengah Laut Banda serta memiliki 5 kampung adat yaitu Kampung Mesa, Kampung Yafila, Kampung Watludan, Kampung Isu, Kampung Layeni.

Pulau Teon ( Sumber: www.flickr.com)
Pulau Teon ( Sumber: www.flickr.com)

Ini merupakan bagian kedua  dari tulisan saya ketika menggunjungi Mesa Pulau Teon di bulan November 2021 dalam rangka peresmian gedung Gereja Imanuel Mesa. 

Bagaimana fasilitas air di Kampung Mesa Pulau Teon? Jauhkan pikiran Anda dari adanya sumber PDAM pada pulau vulkanis seluas 13.89 km2. 

Masyarakat di pulau mengandalkan hidup dari air laut, air hujan yang ditampung dan sumber mata air yang ada.

Warga Mesa menyebut Aer Pusaka yaitu air laut di depan kampung yang merupakan bagian dari Laut Banda. 

Laut Banda merupakan  laut terdalam di Indonesia dengan kedalaman mencapai 7.700m. Laut Banda juga sangat terkenal dengan kekayaan potensi perikanan dan dalam pengelolaan perikanan Nasional berada di WPP 714. 

Pengalaman selama 7 hari di Mesa Pulau Teon, saya mendapati hampir semua aktivitas warga menggunakan aer pusaka.

Yang pertama sudah pasti dipakai untuk mandi  berendam atau berenang di laut. Hal ini dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan karena memiliki kadar garam yang tinggi. 

Di samping itu karena Pulau Teon adalah sebuah pulai gunung api, maka pasir pantai dan bebatuan sebagian besar berwarna hitam dan diyakini mengandung sejumlah unsur hara. 

Pantai pasir putih hanya ditemukan di antara Kampung Mesa dan Kampung Layeni yang disebut Pantai Pasir Panjang. 

Aktivitas berenang di aer pusaka ( dokumentasi pribadi)
Aktivitas berenang di aer pusaka ( dokumentasi pribadi)

Yang kedua adanya kegiatan membersihkan ikan tangkapan di tepi laut, tak jarang menemukan adanya sisik ikan pada tepian pantai. 

Di samping itu nampak juga ibu-ibu mencuci perkakas masak, piring sendok, gelas, alat dapur dan lain lain. (Saat peresmian gereja ada lebih kurang 250 orang yang mendiami pulau sehingga dibuatlah dapur umum). 

Di ujung kampung masih terlihat banyak yang menjemur pakaian dibatu-batu besar setelah mencucinya ditepian pantai.

Aktivitas lain memancing dengan perahu sampan (warga menyebutnya kole-kole) atau menggunakan speedboad untuk tonda atau menggunakan perahu semang  seperti yang saya lakukan. Hampir setiap saat ditemui ada orang yang pulang melaut membawa hasil tangkapan dengan berbagai jenis ikan. 

Brury Kurmasela sedang membersihkan ikan hasil tangkapan di aer pusaka (dokumentasi pribadi)
Brury Kurmasela sedang membersihkan ikan hasil tangkapan di aer pusaka (dokumentasi pribadi)

Di samping itu sempat juga terlihat para penembak hewan mamalia kusu (kus kus) yang membersihkan kusu di aer pusaka setelah diasap dan di keruk kulitnya didarat.

Membersihkan hasil buruan kus kus di aer pusaka (dokumentasi pribadi)
Membersihkan hasil buruan kus kus di aer pusaka (dokumentasi pribadi)

Ada juga kegiatan mencari Bia (jenis kerang laut) atau orang Mesa menyebutnya "Forni", sedangkan orang Serua menyebutnya "Fleka". 

Biota laut tersebut termasuk jenis "kerang sebelah"  yang menempel pada batu-batu  besar di pinggir pantai. 

Cara penyajiannya hanya dengan membersihkan lalu ditambahkan perasan jeruk, irisan bawang merah serta cabe dan sedikit garam. 

Sebutannya "Kalora" sebagai makanan khas masyarakat Teon Nila Serua turun temurun. Forni kalora dapat langsung dimakan mentah. 

Kalora yang umum dibuat adalah dari berbagai jenis ikan, bahkan dalam masyarakat TNS diaspora yang jauh dari laut ada yang sudah bisa mengolah ikan bandeng (ikan air tawar) untuk dimakan mentah sebagai kalora atau di Jepang dikenal Sashimi.

Kerang
Kerang "forni" disajikan sebagai kalora diberi perasan jeruk, irisan bawang, cabe dan garam kemudian dimakan mentah (dokumentasi pribadi)

Jika air pasang maka bebatuan besar disepanjang pantai ikut terendam air laut/aer pusaka dan didapati Bia menempel di batu. 

Adapun warga tinggal menggunakan pisau untuk melepaskan biota "forni" yang menempel di batu tersebut lalu diolah. 

Fungsi lain aer pusaka yaitu MCK di mana air laut  diambil dengan ember ke kamar mandi warga dan jika hendak menggunakan air terbaik untuk membilas, harus mengambil lagi ke perigi/sumur air sejauh 1 km dan ditampung di drum air di rumah tangga masing-masing.

Saya mencoba menanyakan sejumlah orang di Kampung Mesa bahwa banyak yang setelah mandi air laut tidak membilas badan, mereka menganggap bahwa mandi aer pusaka juga sebuah terapi.

Sumber Air Kampung Mesa Pulau Teon

Air adalah kebutuhan vital kehidupan. Di Pulau Teon sebagai sebuah pulau vulkanik maka tepat di Kampung Mesa ada 2 bak penampung air hujan. 

Pertama berada disamping Gereja Imanuel berbentuk persegi panjang  dan cukup besar. Sedangkan lainya berupa bak penampungan berbentuk bulat di kediaman Kepala Kampung Mesa Bp. Emes Rijoly. 

Ketika tiba di Mesa, semua bak dalam kondisi kosong karena sudah selesai musim penghujan. Air penampungan telah digunakan dalam aktivitas pembangunan gereja dan juga kegiatan lainnya.

Bak Penampungan air hujan disamping Gereja Imanuel Mesa PT eon - nampak kosong (dokumentasi pribadi)
Bak Penampungan air hujan disamping Gereja Imanuel Mesa PT eon - nampak kosong (dokumentasi pribadi)

Adapun sumber mata air terbaik yang bisa dimanfaatkan berjarak 1 km dari Kampung Mesa. 

Di areal sumber air tersebut telah dibangun  1 buah perigi/sumur. Letak  sumur air dapat dijangkau melalui jalan darat menaiki 3 kali tanjakan dari ujung kampung baru - Petuanan Melaira (nama marga) atau melalui laut dengan memakai perahu sambil membawa jerigen-jerigen  penampungan. Marga adalah family name dalam struktur masyarakat Maluku yang menganut patrilineal.

Warga Mesa pulang mengambil air dari perigi dengan wadah jerigen dengan menggunakan sampan (dokumentasi pribadi)
Warga Mesa pulang mengambil air dari perigi dengan wadah jerigen dengan menggunakan sampan (dokumentasi pribadi)

Sekalipun air tersebut tidak sekualitas PDAM, namun inilah sumur  air terbaik bagi Kampung Mesa. 

Menurut penuturan warga Mesa jika musim panas/kering terkadang warga Kampung Layeni mengambil air juga di sumur tersebut. 

Cara lain untuk menjangkau sumur dapat juga dengan menyusur bibir pantai bebatuan berwarna hitam dan licin. 

Warga kembali dari sumur menuruni tanjakan di ujung Kampung Baru Mesa - Petuanan Melaira (dokumentasi Kalep Melaira)
Warga kembali dari sumur menuruni tanjakan di ujung Kampung Baru Mesa - Petuanan Melaira (dokumentasi Kalep Melaira)

Sumur air terbaik berada di Petuanan Kurmasela/Serkayeu (di Mesa ada 3 Soa besar yaitu Serkayeu  --mata rumah Kurmasela dan Rijoly; Sermesi  --mata rumah Melaira dan Yarakwawna --mata rumah Relmasira, Litaay, Wosia, Plaly). 

Dalam buku Hukum Adat Ambon Lease oleh Ziwar Effendi ,SH terbitan PT. Pradnya Paramita Jakarta 1987 dijelaskan "Soa  adalah suatu persekutuan teritorial genealogis. 

Di dalam administrasi pemerintahan sekarang ini soa merupakan suatu wilayah yang menjadi bagian dari suatu petuanan atau negeri. Di bawah soa bernaung beberapa 'rumatau'. 

Di dalam kenyataannya rumatau-rumatau dalam soa-soa tersebut tidak seketurunan. Mereka berasal dari keturunan yang berbeda-beda yang secara kebetulan menempati wilayah yang sama. Unsur teritorialah yang menyebabkan mereka sampai bergabung, bukan unsur genealogis".

Sedangkan mata rumah atau disebut juga rumatau adalah  rumah induk atau rumah asal yang dapat disamakan dengan rumah gadang di Minang. Sedangkan Petuanan yaitu masyarakat di suatu tempat.

Sumur/perigi air terbaik di Mesa sekaligus tempat mencuci di Petuanan Kurmasela ( dokumentasi pribadi)
Sumur/perigi air terbaik di Mesa sekaligus tempat mencuci di Petuanan Kurmasela ( dokumentasi pribadi)

Mengingat terbatasnya waktu penyiapan peresmian gedung Gereja Imanuel Pulau Teon maka pekerjaan pembenahan air bersih terbaik dalam Kampung Mesa menjadi tidak terkejar. 

Upaya untuk menarik pipanisasi dari sumur di Petuanan Kurmasela terkendala waktu juga besarnya biaya untuk menggelar pipa dari sumur ke tengah kampung. 

Begitupun juga pengerjaan tower air bagi konsistori Gereja Imanuel Mesa  yang rencananya dilengkapi profil tangki penampungan 2500 liter juga tertunda.

Ketika pada hari ketiga setelah peresmian dilakukan acara pembersihan kampung dan juga pekuburan umum di wilayah Lovna maka didapati sumber air di dekat hutan di lokasi Seti tepatnya di Petuanan Relmasira.

                                                                     Ditemukan sumber air di Seti - Petuanan Relmasira (dok.John Wosia)

Aer Pusaka - Air Laut Banda

Ada hal menarik untuk mengalami sensasi aer pusaka. Saya mencoba memasuki laut untuk merasakan apa yang bisa dialami badan ketika masuk ke laut terdalam tersebut. 

Jarak laut yang dangkal begitu pendek karena sudah ada palung laut di depan Kampung Mesa. Itu sangat nampak dari warna air laut yang tidak begitu jauh dari pantai langsung berubah warna menjadi biru tua.

Di ujung palung laut tersebut masyarakat kampung mengatakan itu tempat terbaik untuk memancing karena terdapat berbagai jenis ikan. 

Warga menyebutnya memancing di "tubir" laut ( daerah antara dangkal dan langsung curam ke palung laut). Sekalipun laut terlihat tenang tetapi pusaran arus bawah  dibagian tubir cukup kencang.

Hasil tangkapan ketika melaut dengan perahu semang (dokumentasi pribadi)
Hasil tangkapan ketika melaut dengan perahu semang (dokumentasi pribadi)

Saya mencoba mengikuti rombongan memancing sebanyak 2 kali kearah palung laut yaitu menggunakan perahu semang dan ketika memakai speedboad mengelilingi Pulau Teon. Kami menangkap ikan cakalang ketika tonda di dekat perairan Kampung Watludan. 

Sebaliknya ketika memakai perahu semang kami memancing biasa dengan membuang umpan pada ujung tasik pada siang hari.               

Sensasi aer pusaka coba dirasakan juga pada pagi hari. Saya memasuki laut untuk mandi pagi, air nampak masih surut, pecahan ombak di tepian memukul ke bebatuan yang cukup besar. 

Semua pengalaman ini memberi perasaan gembira dan begitu excited karena merupakan pengalaman pertama melakukannya di laut terdalam  Indonesia  - Laut Banda.

                                                                     Berenang dipagi hari, aer pusaka masih surut (dokumentasi pribadi)

 Menjelang petang saya mencoba memasuki aer pusaka kembali  untuk merasakan ditubuh, sambil menikmati sunset dan aktivitas warga berenang serta memancing. Terasa sekali sepertinya badan akan tersedot/tertarik ke dalam laut akibat arus bawah yang deras. Struktur laut yang curam menuju palung yang membuat situasi aer pusaka  memberi sensasi berbeda ketika berenang di pantai lainnya seperti tempat wisata Pantai Natsepa atau Pantai Namalatu dan lainnya.

Saya masuk ke aer pusaka menjelang magrib (dokumentasi pribadi)
Saya masuk ke aer pusaka menjelang magrib (dokumentasi pribadi)

Sambil menikmati dan memperhatikan aktivitas warga kampung pada aer pusaka, timbul pikiran bagaimana seandainya sensasi berenang, bahagianya memancing ketika mendapat ikan, menikmati sunset, mendayung sampan atau kole-kole dan lain sebagainya menjadi sebuah memori kunjungan ke Pulau Teon yang dapat di miliki seorang wisatawan? belum lagi ditambah keunggulan lainnya yang ada di daratan sebagai sebuah pulau vulkanik.

Ini sebuah inspirasi untuk membangkitkan potensi yang masih sangat perawan di Pulau Teon teristimewa di Kampung Mesa.

Tanah dan bebatuan berwarna hitam karena Teon adalah sebuah pulau gunung api (dokumentasi pribadi)
Tanah dan bebatuan berwarna hitam karena Teon adalah sebuah pulau gunung api (dokumentasi pribadi)

Sehari sebelum pulang, saya mendapat kesempatan mengitari Pulau Teon dengan speedboad bersama orang tua/Patura Mesa Pendeta Alex Relmasira dan istri juga Ketua Panitia Pembangunan Gereja Imanuel Mesa dr. Chris Relmasira bersama Ketua Panitia Peresmian Bpk. Roni Rijoly, Sdr.John Wosia yang sama-sama dari Jakarta dan teknisi mesin Bpk. Litamahuputty. 

Betapa senangnya saya menikmati memancing di atas aer pusaka yang oleh negara dipetakan sebagai Wilayah Penangkapan Perikanan Nasional (WPP) 714. 

Tepat di depan Kampung Watludan,"strike", alat tonda berbunyi pertanda umpan telah dimakan oleh ikan dan akhirnya kami menangkap seekor ikan cakalang sepanjang  ~60cm. Wou serunya! Sensasi ini ingin diulang.

                                                              Mengitari P.Teon sambil memancing dengan tonda (dokumentasi pribadi)

Dalam desain Maluku Lumbung Ikan oleh  Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (KKP) maka Laut Banda masuk dalam kawasan WPP 714. Kontribusi Laut Banda dapat mendongkrak pendapatan negara dari sektor perikanan yang akan ditata dengan kebijakan "penangkapan terukur". 

Semoga masyarakat ketiga Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua sebagai untaian pulau kecil diatas perairan Banda dapat mengecap kesejahteran dari aer pusaka yang mereka yakini titipan Tuhan yang harus dijaga dan dikelola. 

Dalam kacamata provinsi maka pariwisata dan perikanan itulah desain kawasan yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Maluku dalam perencanaan pembangunan Maluku berbasis gugus pulau. Di mana TNS Kepulauan masuk dalam zone 6, kapankah kawasan ini dibangun? 

Semoga momentum Lumbung Ikan Nasional sebagai sebuah Proyek Strategis Nasional mendekatkan manfaat sebesar-besarnya bagi warga masyarakat di 16 kampung adat yang mendiami 3 pulau vulkanik tersebut - Teon,Nila,Serua. Karena itulah aer pusaka yang mereka miliki! 

Adapun nama kampung adat di Pulau Teon yaitu Mesa, Yafila, Watludan, Isu, Layeni. Di Pulau Nila yaitu kampung adat Bumei, Sifluru, Wotay, Kokroman, Kuralele, Ameth, Usliapan. Di Pulau Serua yaitu Jerili, Lesluru,Trana, Waru nama kampung adatnya.

Sudah saatnya rakyat wilayah adat (wilayat) Pulau Teon bergegas. Mesa Bergerak -- TNS Bangkit ( bersambung)

Anak-anak pewaris aer pusaka menjadi hitam warna kulitnya akibat setiap saat berenang (dokumentasi pribadi)
Anak-anak pewaris aer pusaka menjadi hitam warna kulitnya akibat setiap saat berenang (dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun