Mohon tunggu...
Levina Cutez
Levina Cutez Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkenalkan Aplikasi Bioteknologi dalam Forensik High School Summer Program 2018

11 Juli 2018   08:03 Diperbarui: 11 Juli 2018   08:25 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Universitas Pelita Harapan (UPH) kembali mengadakan acara High School Summer Program untuk memperkenalkan program studi yang ada di UPH kepada para anak SMA. Acara yang berlangsung selama 3 hari ini diadakan sejak Rabu, 4 Juli sampai Jumat, 6 Juli 2018. 

Acara ini secara khusus ditujukan kepada siswa-siswi SMA kelas 10-12 untuk memberi mereka sedikit gambaran mengenai dunia perkuliahan serta program jurusan yang menjadi pilihan mereka di universitas beserta kegiatannya. Selain itu acara ini juga bertujuan untuk memfasilitasi para peserta merasakan bagaimana dunia pekerjaan melalui company visit pada hari terakhir.

Sebanyak 29 murid SMA dari daerah Bandung, Semarang, Surabaya, dan Tangerang hadir mengikuti acara ini. Para peserta saat mendaftar diharuskan memilih 1 dari 3 cluster jurusan yang mereka inginkan, yakni cluster science, social, dan art. Dari 29 anak yang ikut program ini, 11 anak masuk dalam cluster science, 10 anak cluster social, dan 8 anak cluster Art. Selain itu program ini juga menyediakan camp bagi para peserta yang ingin menginap bersama di UPH.

Acara diawali dengan pembuka di gedung D503 UPH dilanjutkan pembagian LO sesuai dengan cluster masing-masing. Untuk workshop di hari pertama, cluster Science yang terdiri dari 11 anak melakukan workshop CSI (Crime Scene Investigation) dimana mereka diberi tantangan untuk memecahkan kasus pembunuhan dengan menggunakan ilmu bioteknologi.

"Tujuan dari acara SCI ini adalah untuk memberikan pengalaman pada peserta tentang aplikasi biologi dalam ilmu forensik dan untuk mengenalkan aplikasi bioteknologi secara umum seperti pengenalan alat-alat dalam lab", ungkap Irsan Azhar Tastari jurusan bioteknologi UPH 2016 sebagai ketua acara workshop CSI.

CSI sendiri adalah acara yang sangat unik dan menarik bagi para pesertanya. Pertama-tama mereka dibagi menjadi 5 kelompok dengan 1 mentor dan mereka diperlihatkan tempat kejadian pembunuhan (crime scene) terjadi beserta dengan jasad korban yang masih ada di sana.

Uniknya para panitia mahasiswa jurusan biotech dalam workshop ini berhasil menyulap ruangan kelas mereka menjadi crime scene yang sangat nyata, dimana terdapat korban yang dipenuhi darah dan juga bukti-bukti pembunuhannya lainnya, seperti pisau dan botol. 

Setelah melihat tempat kejadian beserta korban, mereka diajak untuk melakukan tes sidik jari, yaitu fingerprint physical test menggunakan white powder kemudian fingerprint chemical test menggunakan bahan kimia Lugol dengan proses Iodine fuming. Kemudian mereka juga melakukan Luminol Test untuk melacak adanya noda darah. Tidak hanya melihat, para peserta juga dapat secara langsung mempratekkan apa yang telah diinstruksikan. 

ilustrasi -- High School Summer Program 2018 Perkenalkan Aplikasi Bioteknologi dalam Forensik
ilustrasi -- High School Summer Program 2018 Perkenalkan Aplikasi Bioteknologi dalam Forensik
Setelah para peserta melakukan praktek ke-3 test tersebut, panitia segera melanjutkan acara yaitu kronologi 1 hari sebelum pembunuhan itu terjadi sampai pada ditemukannya jasad korban tersebut. Dalam penjelasan kronologinya para panitia telah menetapkan 8 orang yang menjadi tersangka sebagai pelaku pembunuhan tersebut. Panitia juga memberikan data biografi 8 tersangka tersebut kepada para peserta. 

Kemudian setelah mendengarkan seluruh informasi, para peserta beserta mentor segera menginterogasi 8 tersangka tersebut, mereka juga diharuskan untuk mengambil sidik jari dari para tersangka. 

Dengan bantuan para mentor para peserta menjelajahi kampus UPH untuk mencari 8 orang tersangka yang tersebar dan mendapatkan informasi. Setelah 2 jam, para kelompok harus sudah bisa menentukan siapa pelakunya dan motifnya.

Di sesi selanjutnya peserta diajarkan mengenai Cell Test (Buccal Swap) sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasikan DNA melalui sel tubuh seseorang. Mereka dijelaskan apa itu DNA dan bagaimana untuk mengekstraksi DNA tersebut dengan menggunakan proses Variable Number Tandem Repeat, VNTR-PCR, Gel Electrophoresis, dan cara melihat band DNA mana yang cocok dengan evidence yang ada. Mereka juga melakukan Kastle Meyer Test yaitu untuk melihat bukti darah yang terdapat di suatu benda / evidence.

Setelah melakukan semua test tersebut kemudian terungkaplah siapa yang menjadi pelaku pembunuhan tersebut dari 8 tersangka. Kelompok yang berhasil menebak siapa yang menjadi pelaku beserta motifnya mendapatkan hadiah atas keberhasilan mereka.

Para peserta sangat antusias dan mendapatkan banyak hal-hal yang baru melalui workshop ini:

"Capek tapi seru, kita belajar bagaimana cara untuk memecahkan kasus kejahatan dan juga bahwa DNA bisa jadi evidence yang sangat berguna dan penting bagi masyarakat." ungkap Olivieara Priscilla, Cahaya Bangsa School Bandung kelas 11.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun