Tekad saya sudah bulat untuk merantau ke Jakarta dalam mencari pekerjaan dan kehidupan yang dicita-citakan, dengan berbekal uang yang  didapat selama  bekerja  di Malaysia berangkatlah saya dari kota dimana saya dibesarkan menuju ibu kota Jakarta. Selama disana saya melamar kerja kesana kemari namun pekerjaan yang diharapkan tak kunjung dapat sampai suatu saat  saya bergabung  di bursa komoditi selama dua bulan dengan tidak bergaji. Selama di bursa  komoditi mereka mentraning saya  dan penghasilan baru dapat kalau  sudah berhasil mencari nasabah,alhasil dalam waktu dua bulan nasabah yang dicari tak kunjung dapat, sementara bekal uang yang ada sudah semakin menipis.Pergulatan hidup saya di Jakarta semakin hari semakin pahit dirasakan namun tidak ada kata menyerah dan putus asa semua saya jalani dengan ikhlas sampai-sampai naik bus kotapun saya tidak mempunya uang hanya bermodalkan akarta
Perjalanan menuju manusia yang berkualitas dalam beragama diwarnai dengan penderitaan, tangisan, hinaan, kelaparan, kesedihan, kegembiraan dan lain-lain, semua itu atas bimbingaNya berhasil dilalui. Pelajaran yang saya tempuh berikutnya adalah berguru dengan seorang guru spritual yang ahli dalam mengamalkan, memahami sifat-sifat dan nama-nama Allah (tuhan), disini saya belajar kurang lebih 4 (empat) tahun. Pada saat ini saya sangat tergila-gila dengan buku agama alias maniak dengan buku agama, ada uang buku agama yang paling utama yang harus dibeli bukan makanan akan tetapi buku biar berpuasa asal bisa membeli buku. Waktu itu saya disibukan dengan beribadah seperti berpuasa setiap hari, bertafakur, ibadah syariat antara lain sholat wajib dan sunat waktu luang diselingi dengan membaca buku, hasilnya saya selalu mendapat pencerahan melalui hati dan perkembangan bathin ini selalu dikonsultasikan dengan guru spritual saya. Kebesaran Allah (tuhan) dari ayat tertulis dan tidak tertulis sering saya lihat dengan mata bathin dan membuat hati ini selalu bergetar dan kadang-kadang diri ini menangis 'Subhanallah" (maha suci Allah ). Setiap malam saya perbanyak dengan ibadah, hijab atau pembatas terbuka satu persatu dan kalau kita sudah dekat denganNya suatu yang mustahil menurut orang awam bagi Dia tidak
Dia berhak memberikan apa saja untuk orang-orang yang berjalan di jalaNya, salah satu kebesaraNya yang diberikan kepada hambanya (saya) Â pada malam hari saya sering melihat kejadian-kejadian yang akan terjadi pada saya besok harinya, hal ini tidak membuat saya bangga malah hati terasa takut dan selalu memohon ampun atas dosa-dosa kepadaNya sehingga diri selalu menangis. Hati selalu zikir kepadaNya, suatu rasa yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata hanya merasa kebesaranNya disekeliling kita Allahhu Akbar.
Dalam perjalanan diri , Dia menunjukanku guru-guru spritual yang lain seperti didaerah Cerbon dan Banten untuk  memperdalam ilmu syariat dan tasawuf  kemudian dilanjutkan dengan riyadoh ( latihan-latihan spritual) selama kurang lebih sebelas hari. Sangat banyak ilmu hikmah dan manfaat didadapat selama disana sifat buruk yang tersimpan dihati satu demi satu terkikis sehingga semakin mendekatkan diri kepadaNya. Akibat yang dirasakan diri ini menjadi sabar, rendah hati, banyak bersyukur suatu anugerah yang tak ternilai.
Perjalanan spritual saya berikutnya tidak hanya terpaku dipulau Jawa saja tetapi gerak hati (petunjuk dariNya) menghendaki saya untuk pulang ke tanah kelahiran di daerah Sumatra dan bertemu dengan guru tasawuf , beliau merupakan mursyid salah satu tarekat. Kurang lebih dua tahun saya mendalami tarekat tersebut dan hijab demi hijabpun terbuka sampai pada suatu saat  saya mengalami penyaksian sumber daripada sumber cahaya , dan memang tak bisa berkata-kata ketika  penyaksianNya itu hanya bisa tersenyum dan tersenyum....................amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H