Mari kita berkaca pada kasus tambang emas di tempat lain. Tambang Grasberg di Papua, misalnya, memang memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi negara, tetapi juga meninggalkan jejak pencemaran lingkungan yang parah, konflik sosial yang berlanjut sampai hari ini. Begitu pula tambang di Sulawesi yang menciptakan konflik sosial antara masyarakat lokal dan pihak perusahaan.Â
Apakah Kedang akan bernasib serupa?
Adakah Alternatif Selain Tambang?
Jika tambang bukan solusi yang ideal, apa alternatifnya? Kedang memiliki potensi besar dalam pariwisata berbasis budaya dan alam. Festival adat, seni tradisional, dan keindahan alam Kedang dapat menjadi daya tarik wisata yang mendunia. Pariwisata seperti ini tidak hanya menghasilkan pendapatan, tetapi juga melibatkan masyarakat lokal secara aktif tanpa merusak lingkungan.
Selain itu, pengembangan pertanian organik juga bisa menjadi pilihan. Dengan mendukung produk khas Kedang untuk menembus pasar nasional maupun internasional, masyarakat dapat memiliki sumber penghasilan yang berkelanjutan.
Masa Depan Kedang: Pilihan di Tangan Kita
Isu tambang emas di Kedang bukan sekadar persoalan lokal, melainkan cermin dari bagaimana kita, sebagai bangsa, memandang pembangunan.Â
Apakah kita rela mengorbankan kekayaan budaya dan lingkungan demi keuntungan ekonomi sesaat?Â
Ataukah kita akan berdiri bersama masyarakat adat Kedang untuk menjaga warisan leluhur mereka?
Keputusan tentang masa depan Kedang bukan hanya milik pemerintah atau perusahaan tambang, tetapi juga milik kita semua. Kita perlu mendukung dialog yang adil, di mana suara masyarakat adat dihormati dan prinsip keberlanjutan dijunjung tinggi.