Mohon tunggu...
Leu walang
Leu walang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu manajemen

Said Mahendra, Semarang, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Sama Sebagai Manusia

23 Januari 2024   12:35 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:41 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi solidaritas KS /peleburan, Semarang Jawa Tengah (Dok. pribadi)

Berdasarkan identitas gender! Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama sebagai makhluk tuhan yang memiliki hak Bersosial, Bermasyarakat, Maupun berumah tangga. 

Dalam identitas gender, antara laki-laki maupun perempuan memiliki sifat keperempuanan (feminis) dan kelaki-lakian (maskulin) dalam kadar tertentu. Artinya laki-laki memiliki sifat kelaki-lakian dan sifat keperempuanan, begitu pun perempuan memiliki sifat keperempuanan dan sifat kelaki-lakian. Sehingga dalam memahami sifat feminis dan maskulin, perlu menggunakan pendekatan dualistik, karena kedua sifat itu dapat ditemukan pada satu individu. Oleh karena itu, pelabelan sifat perempuan sebagai inferior, lemah lembut, emosional, lebih rendah intelektualnya sedangkan laki-laki pemberani,kuat,tinggi intelektual nya adalah keliru. Dalam hal kesetaraan, laki-laki dan perempuan setara di hadapan Tuhan. 

Dalam perspektif psikologi, ada dua teori yang terkenal dalam memandang perempuan dan laki-laki, yaitu teori Nature dan Nurture. Menurut teori Nature, perbedaan peran perempuan dan laki-laki bersifat kodrati (Kodrat adalah sesuatu yang  ditetapkan oleh tuhan, yang tidak bisa dirubah) . Kodrat laki-laki, mempunyai Sperma, sedang kodrat yang ada pada Perempuan adalah Menstruasi, Melahirkan, Menyusui. Menurut teori nature, anatomi biologi perempuan yang berbeda dengan laki-laki menjadi faktor utama dalam penentuan peran sosial antara laki-laki dan perempuan. Organ reproduksi perempuan dinilai membatasi ruang gerak perempuan, seperti saat mereka mengalami kehamilan, kelahiran dan menyusui, sehingga menimbul- kan perbedaan fungsi, Perempuan berperan di sektor domestik dan laki-laki berperan di sektor publik.

Di dalam kehidupan bermasyarakat maupun bersosial. Cenderung Perempuan dan laki-laki di pandang memiliki perbedaan . Perbedaan tersebut lahir dari kecenderungan laki-laki (maskulin) Yang membatasi arah gerak perempuan (feminis).   Kecenderungan menganggap  bahwa perempuan sebagai makhluk yang memiliki ciri spesifik dari laki-laki pada umumnya. Sebenarnya itu adalah pencitraan,Pencitraan spesifik tersebut cenderung berkonotasi negatif daripada positif, dari konotasi negatif tersebut perempuan di anggap sebagian manusia yang mudah Dieksploitasi, Sebagai Objek seks laki-laki, Tidak berdaya, dan Posisi tawarnya rendah. Adapun sebagian yang menganggap  spesial dan istimewa, namun spesial dan istimewa tersebut perempuan 'dirumahkan' agar aman dari gangguan luar, artinya kebebasan perempuan terbatasi. 

Sebagai manusia yang bertuhan kita sepakat bahwa Tuhan menciptakan manusia (Perempuan dan Laki-Laki) di muka bumi dengan kedudukan yang sama sebagai makhluk. Artinya tidak ada perbedaan dalam kedudukan antara laki-laki(maskulin)dan perempuan(feminis), sehingga pandangan- pandangan tersebut adalah pandangan sepihak yang di bagun oleh laki-laki (maskulin)  dalam membentuk sosial masyarakat yang melemahkan perempuan (feminis). Dengan uraian  melalui stereotype membentuk perempuan menjadi pasif, masokis, dan penurut. Sehingga perlu di pahami bahwa perilaku perempuan bukan ditentukan secara biologis, dan bukan pula mengidap kelainan psikis, tetapi karena budaya telah melabelkan perilaku yang banyak merugi- kan perempuan.

Seharusnya sebagai manusia kita sadar, dan sebenarnya paham bahwa kesamaan diri dari setiap manusia itu ada, bahwa hadirnya manusia laki-laki maupun perempuan memiliki tugas yang sama yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini, maka pandangan dan pelabelan terhadap perempuan sebagai makhluk yang berbeda, makhluk yang lemah adalah pandangan hasil pikiran manusia berjenis laki-laki yang pada dasarnya hanya ingin mempertahankan status quo. Status yang hadir sebelum islam yang di mana laki-laki pada waktu itu melihat perempuan sebagai makhluk yang berbeda, makhluk yang lemah,sehingga perlakukan kasar terhadap perempuan pun menjadi hal biasa pada waktu itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun