Mohon tunggu...
Adako Vadove
Adako Vadove Mohon Tunggu... -

Vadovrtiporta Il'cuero:\r\nAnak dari desa yang berprofesi sebagi tukang narik becak di kawasan idea.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Refleksi tentang Hidup

16 Mei 2013   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh betapa indahnya hidup ini bila dimakanai setiap waktu bergulir. hari demi hari aku lewati dengan cerita dan fariasi kisah pengalaman pahit dan manis. Sering aku mendengar ungkapan orang yang ada disekitarku bahwa hidup ini adalah ibarat seperti jam dinding. Dia selalu berjalan tanpa henti meskipun banyak orang tidak melihatnya dia tetap berjalan, banyak orang tidak menghiraukan tentang posisi dimana dia dipampang dia tetap eksis pada pilihannya untuk berjalan. dia tidak pernah mengeluh, dia tidak pernah marah, dia juga tidak pernah meminta. Namun pada waktunya untuk berhenti karena baterinya low dia hanya diam karena memang dia benda mati yang tidak bisa berbicara. Mungkin hidup ini jika diberi kesempatan untuk memilih lebih baik memilih diam tapi berjalan dari pada memilih untuk menghidupi tapi tidak berjalan. Bila ditanya alasan mengapa demikian? tentu ada banyak argumen yang mempertanggungjawabkannya. Mau atau tidak mau suka atau tidak suka aku harus belajar memaknai jejak langkah hidup ini. Teriring dengan berjalannya sang waktu tak terasa hidup ini makin hari-makin melangkah. Dia tidak bisa diam ditempat dia terus bergerak kearah yang disebut misteri.Tentu arah hidup yang misteri itu masih diberi ruang oleh yang memiliki akal untuk menafsirkannya. Bagi saya pristiwa dan pengalaman hidup adalah nyata bukan suatu yang misteri. Dikatakan misteri karena kita diberi oleh yang ADA sebuah kemampuan untuk berpikir sampai melampaui.Alangkah baik jika yang akal kita memiliki kemampuan untuk berpikir jauh mengapa tidak untuk didekatkan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun