Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita harus menilai diri sendiri, baik dalam hal keberhasilan maupun kegagalan. Namun, tanpa disadari, penilaian tersebut bisa terpengaruh oleh kecenderungan psikologis yang disebut self-serving bias.
Istilah self-serving bias pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Heider pada tahun 1958, seorang psikolog sosial asal Austria yang sering disebut sebagai "bapak psikologi atribusi." Heider mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana orang cenderung membuat atribusi untuk menginterpretasi perilaku mereka sendiri maupun orang lain.
Self-serving bias ini memang membuat kita menilai diri sendiri secara lebih menguntungkan, misalnya dengan mengaitkan kesuksesan pada kemampuan pribadi, sementara kegagalan kita anggap sebagai akibat dari faktor eksternal. Mari kita pelajari self-serving bias lebih lanjut.
Mengapa Self-serving Bias Bisa Muncul?
Self-serving bias muncul dari kebutuhan dasar manusia untuk melindungi harga diri. Secara alamiah, kita memang cenderung ingin merasa baik dan diakui oleh orang lain.
Menurut psikolog, bias ini merupakan salah satu cara kita untuk mengatasi ketidaknyamanan emosional. Saat kita dihadapkan pada kenyataan yang tidak menyenangkan---misalnya kegagalan atau kritik---kita cenderung menggunakan mekanisme ini sebagai cara untuk melindungi citra diri.
Dalam dunia yang penuh persaingan seperti sekarang ini, di mana pencapaian dan kesuksesan sering kali menjadi tolak ukur harga diri, self-serving bias juga dapat muncul sebagai bentuk adaptasi. Ketika seseorang merasa gagal atau tidak mampu, dia mungkin akan memilih dan melihat penyebab dari luar.
Contoh sederhananya adalah ketika seorang karyawan tidak mencapai target yang ditetapkan, dia cenderung menyalahkan kondisi kerja yang menyebabkan dia bekerja buruk. Dia tidak mengakui bahwa ia mungkin kurang persiapan atau kurang fokus ketika beraktivitas.
Dampak Positif dari Self-serving Bias
Meski sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif, self-serving bias sebenarnya memiliki beberapa dampak positif, terutama dalam jangka pendek. Salah satunya adalah menjaga kesehatan mental seseorang.