Dalam beberapa situasi, menilai diri sendiri dengan cara yang lebih positif dapat membantu kita mempertahankan motivasi dan semangat hidup. Misalnya, ketika kita menghadapi kegagalan dalam satu proyek, meyakini bahwa faktor eksternal yang menjadi penyebab kegagalan itu bisa membantu kita bangkit lebih cepat dan mencoba lagi.
Selain itu, self-serving bias juga bisa mendorong orang untuk berani mengambil risiko. Seseorang yang yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan atau keberuntungan yang tinggi mungkin lebih percaya diri untuk mengejar peluang baru, baik dalam karier, pendidikan, maupun hubungan sosial. Dengan kata lain, bias ini kadang-kadang bisa menjadi pendorong untuk tetap optimis dan bergerak maju meskipun ada tantangan.
Dampak Negatif dari Self-serving Bias
Namun, manfaat self-serving bias ini hanya berlaku dalam konteks yang terbatas. Dalam jangka panjang, self-serving bias bisa memberikan dampak negatif yang signifikan pada kehidupan seseorang.
Berikut adalah beberapa dampak negatif dari self-serving bias:
1. Menghambat Pembelajaran dan Perbaikan Diri
Ketika seseorang selalu mengaitkan kegagalan dengan faktor eksternal dan bukan kesalahan pribadi, mereka akan kesulitan untuk belajar dari pengalaman. Hal ini dapat menghalangi pengembangan diri, karena individu tersebut tidak mengevaluasi kelemahan atau area yang perlu ditingkatkan.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang selalu menyalahkan soal ujian yang sulit atas nilainya yang buruk, tidak akan pernah belajar bagaimana mempersiapkan diri dengan lebih baik di masa depan. Dia merasa apa yang dilakukannya selama ini sudah benar, sehingga dia tidak mau belajar memperbaiki diri.
2. Merusak Hubungan dengan Orang Lain
Self-serving bias juga dapat berdampak pada hubungan sosial. Orang yang terlalu sering menyalahkan orang lain atas kegagalan mereka sendiri mungkin dianggap tidak bertanggung jawab atau sulit diajak bekerja sama.
Sikap ini bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan, baik di tempat kerja, keluarga, maupun dalam lingkungan sosial. Dalam kerja kelompok, misalnya, jika seseorang terus-menerus mengklaim keberhasilan tim sebagai hasil kerja kerasnya sendiri namun menolak tanggung jawab atas kesalahan, anggota tim lain bisa merasa diremehkan atau tidak dihargai. Dia pun akan ditinggalkan oleh kelompoknya.