Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pembelajar seumur hidup yang mencoba menulis tentang kehidupan

Seorang karyawan yang suka menulis. Buku solo terakhirnya berjudul Values, dengan membacanya Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Apa itu? Yuk miliki dan baca sendiri bukunya....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Kita Sudah Merdeka? Yuk, Merefleksi Diri di Hari Kemerdekaan Tahun Ini

17 Agustus 2024   06:08 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:19 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita merenungkan pertanyaan "Apakah Kita Sudah Merdeka", sangat mudah untuk melihat apa yang tidak beres di sekitar kita. Banyak orang yang berjuang melawan kemiskinan, tidak meratanya akses pendidikan, ketimpangan sosial, dan ketidakadilan dalam bidanghukum. Hal-hal ini memang penting dan membutuhkan perhatian serius.

Namun, sering kali seperti jari menunjuk di mana ada satu jari yang menunjuk ke luar dan tiga jari menunjuk ke dalam, kita sering melupakan bahwa kemerdekaan bukan hanya bicara tentang pihak eksternal saja. Ada aspek yang lebih personal dan mendalam yang seharusnya kita evaluasi: Apakah kita sudah merdeka dalam hal pengembangan diri kita sendiri? Pertanyaan ini meskipun tampak sederhana, sebenarnya mengandung kunci bagi transformasi diri dan motivasi kita untuk terus maju.

 

Merdeka dari Kemalasan untuk Bekerja Keras

Pertanyaan pertama yang patut kita ajukan kepada diri sendiri adalah: Apakah kita sudah merdeka dari kemalasan untuk bekerja keras sekaligus mencari peluang untuk meningkatkan kompetensi kita?

Di era modern ini, di mana informasi dan kesempatan terbuka lebar, kemalasan sering kali menjadi musuh terbesar yang menghambat kesuksesan kita. Kemalasan untuk berusaha dan belajar menjadi jebakan yang membuat kita merasa nyaman di zona aman.

Ketika kita memilih untuk menunda pekerjaan, tidak mau mengambil inisiatif, atau merasa cukup dengan pencapaian yang ada, sebenarnya kita sedang membatasi potensi diri kita. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita mampu melawan godaan untuk bermalas-malasan dan berkomitmen untuk terus berkembang, menggali potensi diri, dan meraih prestasi yang lebih tinggi.

Merdeka dari Sikap Pasrah tanpa Usaha

Pertanyaan selanjutnya yang perlu kita renungkan adalah: Apakah kita sudah merdeka dari sikap pasrah dengan apa yang terjadi tanpa mau mengubahnya menjadi lebih baik? Banyak orang yang salah memahami makna dari kepasrahan, dengan menganggapnya sebagai bentuk penerimaan terhadap takdir.

Padahal, pasrah tanpa usaha adalah bentuk lain dari ketidakberdayaan dan penolakan terhadap tanggung jawab. Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan kemampuan, kita memiliki kewajiban untuk berusaha sekuat tenaga dalam mengatasi setiap tantangan yang ada.

Sikap pasrah yang benar adalah sikap yang didasari oleh usaha maksimal dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Kemerdekaan sejati adalah kemampuan untuk menerima kenyataan tanpa kehilangan semangat untuk terus berjuang memperbaiki diri dan keadaan di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun