Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pembelajar seumur hidup yang mencoba menulis tentang kehidupan

Seorang karyawan yang suka menulis. Buku solo terakhirnya berjudul Values, dengan membacanya Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Apa itu? Yuk miliki dan baca sendiri bukunya....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Konsep "Semua Pasti Berlalu" di Kehidupan Manusia: Menggali Kebijaksanaan dan Memahami Kepastian

26 Juli 2024   12:52 Diperbarui: 26 Juli 2024   23:55 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan manusia, ada banyak momen yang mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dan ketenangan. Salah satu konsep yang sangat relevan dalam memahami dan mengatasi berbagai peristiwa hidup adalah nasihat "Semua Pasti Berlalu". 

Nasihat ini sering disampaikan oleh Fahruddin Faiz dalam berbagai kesempatan, mengingatkan kita untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan ataupun kegembiraan, karena semuanya hanya bersifat sementara.

Memahami Kebijaksanaan di Balik "Semua Pasti Berlalu"

Kita pasti sadar bahwa kehidupan manusia dipenuhi dengan berbagai peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Ketika kita mengalami kebahagiaan, sering kali kita ingin momen tersebut bertahan selamanya. 

Sebaliknya, saat kita berada dalam kesedihan, rasanya seperti dunia ini runtuh dan tidak ada jalan keluar. Konsep "Semua Pasti Berlalu" mengingatkan kita bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, kebahagiaan dan kesedihan pun bisa datang dan pergi semau mereka.

Fahruddin Faiz, seorang filsuf dan pemikir, sering kali menekankan pentingnya memahami nasihat ini. Ia mengingatkan bahwa terlalu larut dalam emosi, baik positif maupun negatif, bisa membuat kita kehilangan perspektif. Ketika kita terlalu fokus pada satu momen, kita mungkin lupa bahwa kehidupan terus bergerak maju. Faiz mengajak kita untuk menjaga keseimbangan dan ketenangan hati, serta menerima bahwa segala sesuatu bersifat sementara.

Mengapa Kita Bisa Terlalu Larut dalam Emosi?

Banyak dari kita yang sulit melepaskan diri dari emosi yang kuat. Ketika kita merasa bahagia, kita ingin merayakan dan mengabadikan momen tersebut, berharap kebahagiaan itu bisa bertahan selamanya. 

Sebaliknya, ketika kita berada dalam kesedihan, rasanya dunia ini runtuh dan tidak ada jalan keluar. Fenomena ini sangat manusiawi, namun penting untuk diingat bahwa setiap momen memiliki siklusnya sendiri.

Salah satu alasan utama mengapa kita terlalu larut dalam emosi adalah karena kita sering kali merasa bahwa perasaan tersebut akan bertahan selamanya. Saat bahagia, kita ingin terus berada dalam euforia tersebut dan menghindari segala sesuatu yang bisa merusaknya. 

Sebaliknya, ketika kita sedih, kita merasa bahwa penderitaan ini tidak akan pernah berakhir. Pola pikir seperti ini sering kali diperkuat oleh pengalaman dan lingkungan sekitar kita yang mungkin tidak memberikan ruang bagi perubahan dan pertumbuhan.

Selain itu, media sosial dan lingkungan sosial kita juga berperan besar dalam memperkuat perasaan ini. Di era digital saat ini, kita sering kali melihat gambaran hidup orang lain yang tampak sempurna di media sosial, membuat kita merasa harus terus berada dalam kondisi bahagia. 

Di sisi lain, ketika kita melihat orang lain mengeluh atau menderita, kita mungkin merasa bahwa kita tidak sendirian dalam kesedihan kita, yang justru memperpanjang perasaan negatif tersebut.

Kebenaran yang Tak Terelakkan dan Kesadaran akan Ketidakkekalan

Bukan hanya masalah kegembiraan dan kesedihan yang berhubungan dengan nasihat "Semua Pasti Berlalu", tetapi ada hal lain yang bisa berhubungan dengan nasihat ini. Mungkin contoh ini sedikit berat, yaitu tentang kasus kejahatan seperti kasus korupsi di negeri ini.

Banyak pelaku kejahatan yang merasa aman ketika melakukan kesalahan, berpikir bahwa mereka bisa lolos dari konsekuensi perbuatan mereka. Mereka terlalu larut dalam perasaan aman yang semu, lupa bahwa kebenaran akan terungkap dan kesalahan yang mereka lakukan akan terbongkar pada waktunya.

Dengan memahami konsep "Semua Pasti Berlalu" perasaan aman yang semu pun bersifat sementara. Ini mengajarkan kita untuk tidak bersembunyi atau menghindar dari kesalahan yang kita buat, tetapi hendaknya kita cepat menyadari dan bersiap menghadapi segala konsekuensi yang akan terjadi.

Memahami bahwa segala sesuatu bersifat sementara membantu kita menjaga keseimbangan dan ketenangan hati, serta mendorong kita untuk selalu berlaku baik dan siap menghadapi perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan.

Berani Mengakui Kesalahan dan Bertanggung Jawab

Karena aspek penting dari konsep "Semua Pasti Berlalu" adalah nasihat untuk berhati-hati dalam bertingkah laku, maka ketika kita melakukan kesalahan, jangan sekali-sekali menyembunyikan kesalahan itu.  Namun, kita harus berani mengakui dan bertanggung jawab. Mengakui kesalahan bukanlah tanda kelemahan, melainkan menunjukkan keberanian dan integritas kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita membuat kesalahan. Bisa jadi kesalahan kecil dalam pekerjaan, konflik dengan teman, atau bahkan keputusan besar yang berdampak pada orang lain.

Dalam situasi seperti ini, penting untuk diingat bahwa dengan mengakui kesalahan, kita bisa belajar dan tumbuh. Ketika kita mengakui dan bertanggung jawab atas tindakan kita, kita membangun kepercayaan dan menghormati diri sendiri serta orang lain.

Menerapkan Konsep "Semua Pasti Berlalu" dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bagaimana kita bisa menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita perlu mengembangkan kesadaran diri. Sadari emosi yang kita rasakan dan ingatkan diri kita bahwa perasaan tersebut hanya sementara.

Kedua, kita perlu menjaga keseimbangan. Jangan biarkan diri kita terlalu larut dalam kebahagiaan ataupun kesedihan. Ketiga, hadapi setiap tantangan dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Ingatlah bahwa setiap masalah pasti memiliki akhir, dan setiap kebahagiaan juga memiliki batas waktu.

Salah satu cara praktis untuk menerapkan konsep ini adalah dengan meditasi atau refleksi diri. Luangkan waktu setiap hari untuk merenung dan mengevaluasi peristiwa yang telah terjadi. Renungkan bagaimana perasaan kita berubah seiring waktu dan bagaimana kita bisa belajar dari setiap pengalaman. Dengan cara ini, kita bisa lebih bijaksana dalam menghadapi kehidupan dan lebih siap menghadapi perubahan.

Penutup

Konsep "Semua Pasti Berlalu" mengajarkan kita tentang ketenangan, kebijaksanaan, dan keberanian. Dengan memahami bahwa setiap momen, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, hanyalah sementara, kita bisa menjaga keseimbangan emosional dan menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana.

Jangan takut untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab, karena itu adalah bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan. Ingatlah selalu bahwa kehidupan terus bergerak maju, dan setiap tantangan yang kita hadapi akan berlalu seiring waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun