Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pembelajar seumur hidup yang mencoba menulis tentang kehidupan

Seorang karyawan yang suka menulis. Buku solo terakhirnya berjudul Values, dengan membacanya Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Apa itu? Yuk miliki dan baca sendiri bukunya....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghidupi Petuah Jawa: Kebijaksanaan Lokal yang Terlupakan

24 Juli 2024   12:18 Diperbarui: 24 Juli 2024   14:02 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, kita sering kali terpaku pada tokoh-tokoh Barat ketika mencari hal-hal tentang motivasi atau pengembangan diri. Nama-nama besar seperti Zig Ziglar, Tony Robbins, dan Stephen Covey mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.

Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya negeri ini memiliki kekayaan kebijaksanaan lokal yang tidak kalah berharganya? Misalnya saja petuah Jawa yang diturunkan dari generasi ke generasi, menawarkan panduan hidup yang relevan dan bermanfaat di kondisi bangsa dan negara saat ini. Sayangnya, kebanyakan dari kita mungkin melupakan dan tidak menyadari petuah-petuah tersebut.

Petuah Jawa dan Motivasi Modern

Kita bisa mengambil contoh salah satu petuah Jawa yang sangat relevan dengan prinsip motivasi modern yaitu "Alon-alon asal kelakon".  Petuah ini mempunyai arti meskipun kita memulai dengan lambat atau tidak sempurna, yang terpenting adalah bagaimana kita memulai dan terus maju hingga mencapai tujuan. Petuah ini sejalan dengan kutipan Zig Ziglar yang mengatakan, "You don't have to be great to start, but you have to start to be great". Kedua ungkapan ini menekankan pentingnya memulai suatu tindakan, meskipun dengan langkah kecil.

Namun, dalam acara-acara motivasi, kita jarang sekali mendengar petuah Jawa disebutkan. Kita lebih sering disuguhi kutipan-kutipan dari tokoh Barat. Padahal, kebijaksanaan lokal ini memiliki nilai yang sama, bahkan mungkin mempunyai makna lebih mendalam bagi kita karena kebijaksanaan itu berakar dari budaya kita sendiri.

Petuah Jawa yang Kurang Dikenal

Petuah-petuah Jawa, meskipun kaya akan nilai-nilai kehidupan, sering kali terpinggirkan di era modern ini. Banyak orang lebih mengenal kutipan dari tokoh Barat ketimbang kebijaksanaan yang berasal dari budaya mereka sendiri.

Salah satu alasan utama adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang petuah-petuah ini. Generasi muda, terutama, lebih banyak mendapatkan informasi dan panduan hidup dari luar negeri melalui media sosial, buku, dan film. Hal ini menyebabkan petuah-petuah Jawa kurang dikenal dan kurang diapresiasi.

Tantangan Melestarikan Petuah Jawa

Tantangan terbesar kita saat ini adalah bagaimana menjaga dan melestarikan kebijaksanaan lokal di tengah derasnya arus globalisasi. Pendidikan formal di Indonesia cenderung berfokus pada aspek kognitif dan akademis, sementara nilai-nilai budaya sering kali dianggap sebagai pelengkap saja.

Kurangnya integrasi kebijaksanaan lokal dalam kurikulum pendidikan menjadi salah satu faktor mengapa petuah-petuah ini tidak banyak dikenal oleh generasi muda. Untuk itu, perlu ada upaya yang lebih serius dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal, terutama petuah-petuah Jawa yang sebenarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Peran Media Sosial dan Pendidikan

Peran media sosial dalam memperkenalkan kembali petuah-petuah Jawa kepada masyarakat luas tidak bisa diabaikan. Saat ini, banyak akun-akun motivasi di media sosial yang bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kebijaksanaan lokal ini.

Dengan memanfaatkan platform seperti Instagram, Facebook, dan YouTube, kita bisa membagikan kutipan-kutipan bijak dari tokoh-tokoh Jawa, cerita-cerita inspiratif dari nenek moyang kita, atau bahkan video singkat yang menjelaskan makna dan relevansi petuah-petuah tersebut dalam kehidupan modern. Selain itu, integrasi petuah-petuah Jawa dalam pendidikan formal juga sangat penting. Melalui pelajaran di sekolah, kita bisa mengenalkan kebijaksanaan lokal ini kepada generasi muda sejak dini.

Menjaga Akar Budaya di Tengah Globalisasi

Di tengah gempuran informasi dan budaya dari luar, penting bagi kita untuk tetap berakar pada budaya sendiri. Menghidupi petuah-petuah Jawa adalah salah satu cara untuk menjaga kebijaksanaan lokal tetap hidup dan relevan.

Dengan demikian, kita tidak hanya membangun diri kita sendiri, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mulai dengan hal-hal kecil, seperti mengajarkan anak-anak kita tentang petuah-petuah ini sejak dini, atau mengintegrasikannya dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, mendukung upaya pelestarian budaya melalui pendidikan formal dan informal juga menjadi langkah penting.

Kesimpulan

Menghidupi petuah Jawa adalah langkah penting dalam melestarikan kebijaksanaan lokal yang kaya akan nilai-nilai kehidupan. Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, penting bagi kita untuk tetap berakar pada budaya sendiri dan tidak melupakan warisan leluhur.

Petuah-petuah Jawa bisa menjadi sumber inspirasi yang kuat, memberikan motivasi, dan membimbing kita dalam menjalani kehidupan dengan lebih bijak. Oleh karena itu, mari kita jaga dan lestarikan kebijaksanaan lokal ini agar tetap hidup dan memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun