Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pembelajar yang menulis apa saja

Seorang karyawan yang mempunyai hobi menulis. Sebuah tulisan baginya adalah cara untuk berbagi dengan orang lain. Ketika orang lain terispirasi dengan tulisan, ia sudah senang dan bahagia. Penulis enam buku solo dan kontributor puluhan antologi berbagai genre.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Ada yang Gerah Melihat Orang Lain Beribadah?

22 Juli 2024   07:19 Diperbarui: 22 Juli 2024   07:31 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pay4freight.com

Banyaknya kasus pelarangan ibadah di Indonesia menimbulkan pertanyaan mendalam: Mengapa ada yang gerah melihat orang lain beribadah? Fenomena ini bukan hanya menjadi berita utama di media, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai toleransi dan keberagaman di negara yang seharusnya menjunjung tinggi kebebasan beragama.

Realitas Pelarangan Ibadah di Indonesia

Beberapa contoh nyata menunjukkan betapa seriusnya masalah ini. Di tahun ini, mahasiswa Katolik di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan mengalami pembubaran ibadah oleh sekelompok orang yang tidak setuju dengan aktivitas mereka. Kasus serupa terjadi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Gresik, Jawa Timur, di mana jemaat harus menghadapi aksi pembubaran ibadah yang dilakukan oleh sekelompok warga.

Perspektif Instansi dan Pemuka Agama

Salah satu alasan utama mengapa fenomena ini terus terjadi adalah kurangnya edukasi dari instansi terkait dan pemuka agama kepada pengikutnya tentang pentingnya keberagaman. Keberagaman adalah kenyataan yang harus diterima dan dihargai dalam masyarakat yang majemuk. Namun, seringkali para pemuka agama gagal menyampaikan pesan ini dengan baik. Padahal, dengan memahami dan menghargai perbedaan, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai.

Selain itu, ada kecenderungan sebagian orang memandang agama mereka sebagai satu-satunya kebenaran dan merasa terganggu ketika melihat praktik ibadah dari agama lain. Ini adalah hasil dari pemahaman yang sempit dan kurangnya wawasan tentang keindahan pluralisme. Sebagai bangsa yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, sudah seharusnya Indonesia menjadi contoh dalam menghargai perbedaan.

Ketidakjelasan Hukum dan Perlindungan Kebebasan Beribadah

Hukum dan aturan yang tidak jelas juga berkontribusi pada masalah ini. Meskipun konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama, kenyataannya adalah banyak peraturan lokal yang  ustru membatasi kebebasan ini.

Pemerintah pusat dan daerah seringkali tidak sinkron dalam mengimplementasikan aturan terkait kebebasan beribadah. Akibatnya, kebijakan yang seharusnya melindungi semua warga negara justru menjadi sumber konflik.

Dalam beberapa kasus, izin pembangunan rumah ibadah dipersulit atau ditolak dengan alasan yang tidak jelas, sehingga memicu ketegangan antar kelompok masyarakat. Padahal, jika hukum dan aturan dijalankan dengan adil, konflik semacam ini bisa diminimalisir.

Aparat Hukum yang Tidak Tegas

Aparat hukum memiliki peran krusial dalam menjaga ketertiban dan menjamin hak-hak warga negara. Namun, dalam banyak kasus pelarangan ibadah, aparat hukum justru tidak bisa menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. Mereka seringkali tidak tegas dan cenderung memberi ruang pada perundungan oleh kelompok-kelompok intoleran.

Ketidaktegasan ini terlihat dalam kasus-kasus  pembubaran ibadah. Di beberapa kasus, aparat hukum memang telah menetapkan tersangka, tetapi masyarakat tidak lagi diberi informasi begaimana kelanjutan kasusnya.  Hal ini memberi kesan terjadi pembiaran tindakan intoleran terjadi, sehingga menciptakan ketakutan dan rasa tidak aman bagi mereka yang ingin menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka.


Dampak Sosial dan Psikologis

Fenomena pelarangan ibadah memiliki dampak yang luas, tidak hanya secara sosial tetapi juga psikologis. Bagi mereka yang mengalami pembubaran ibadah, perasaan tidak dihargai dan terdiskriminasi bisa menimbulkan trauma yang mendalam. Mereka merasa hak dasar mereka sebagai warga negara telah dirampas, yang dapat mengurangi kepercayaan mereka terhadap pemerintah dan aparat penegak hukum.

Di sisi lain, fenomena ini juga menciptakan ketegangan antar kelompok masyarakat. Ketidaksepakatan dan konflik yang timbul akibat pelarangan ibadah dapat memecah belah persatuan bangsa. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini bisa mengancam stabilitas sosial dan keamanan negara.

Membangun Kesadaran dan Toleransi

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Edukasi tentang pentingnya toleransi dan keberagaman harus terus digalakkan, baik oleh instansi pemerintah, pemuka agama, maupun masyarakat secara umum. Kampanye dan program yang mengajarkan nilai-nilai toleransi harus diperkuat, agar masyarakat memahami bahwa perbedaan adalah kekayaan yang harus dihargai, bukan sumber konflik.

Selain itu, penegakan hukum harus lebih tegas dan konsisten. Aparat hukum harus diberikan pelatihan yang memadai tentang cara menangani kasus intoleransi dan pelarangan ibadah. Mereka harus menjadi pelindung bagi semua warga negara, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun