Indonesia saat ini didera oleh berbagai masalah, namun dalam hal ini saya hanya menbahas phenomena alam saja. Perubahan cuaca saat ini tampak sangat mengganggu terutama bagi para petani. Cuaca saat ini menurut BMKG masuk pada musim kemarau basah, hal ini diakibatkan adanya gejala La Nina. La Nina terjadi akibat pemanasan di permukaan laut seputaran barat Indonesia. Sebagai gambaran dari sistem yang dibanung dengan menggunakan Google Earth maka kita dapat memantau suhu muka air laut (sea surface temperature) setiap harinya. Untuk saat ini tanggal 31 Agustus 2010 suhu air laut sebagi berikut: [caption id="attachment_245051" align="alignnone" width="300" caption="Suhu Muka Air laut yang terpantau melalui MODIS pada tanggal 31 Agustus 2010 wilayah Indonesia"][/caption] Di gambar kita dapat melihat perbedaan suhu pada tiap posisi laut di Indonesia. Hal yang perlu kita perhatikan untuk wilayah Jawa dan Sumatera adalah Samudera Indonesia sisi Barat dan Selatan serta Laut Jawa. Sementara kalau kita lihat secara global maka dapat kita lihat bagaimana daerah sub tropis dan daerah utara dan selatan lebih dingin. Apabila kita lihat sisi timur di Laut Pasifik suhu air muka laut lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. [caption id="attachment_245066" align="alignnone" width="300" caption="Pemantauan Sea Surface Temperature dari MODIS pada 31 Agustus 2010 untuk wilayah Asia Pasifik"][/caption] Nach dari dua pengamatan ini mari kita lihat pergerakan awan yang terpantau oleh MTSAT-2R, satelit cuaca yang memantau perkembangan cuaca secara realtime. [caption id="attachment_245071" align="alignnone" width="300" caption="Pantauan Awan pada jam 1400 (0700UTC) dari Satelit Cuaca MTSAT-2R pada tanggal 31 Agustus 2010"][/caption] Sekarang kita coba untuk menggabungkan kedua gambar untuk melihat korelasi anatar Suhu Muka Air Laut dengan pembentukan awan yang selanjutnya kita dapat melihat pergerakan awan ke arah mana akan melaju dan daerah yang mungkin terjadi hujan. [caption id="attachment_245076" align="alignnone" width="300" caption="Gabungan citra satelit MODIS dan MTSAT 2R pada tanggal 31 Agustus 2010 jam 1400 (0700UTC)"][/caption] Pemantaun secara realtime akan sangat banyak mebantu pada banyak pihak, khususnya Para Pengambil Keputusan. Kalupun bisa sistem sederhana ini bisa dijadikan sebagai Sistem Pengambil Keputusan. Teknologi ini saya manfaatkan saat masih dikaryakan sebagai juru bisik di beberapa perusahaan yang sedang melakukan proyek di Industri Migas dan Petrokimia. Saat itu fungsi utamanya mengamnkan obyek vital yang dibongkar dari hujan dan kelembaban yang dapat merusak. Kalau saat ini saya sedang dimintai saran di salahsatu Direktorat Jenderal pada Kementerian Pekerjaan Umum untuk dapat memberikan informasi untuk antisipasi bencana sedimen. Kalau dapat sebagai tindakan preventive namun kendala birokrasi dan distribusi informasi masih menghadapi kendala khususnya untuk di daerah. Bukan hal yang mudah tapi juga bukan hal yang sulit, semua mesti harus bisa dimulai. Beberapa teknologi integrasi sederhana yang digunakan adalah intepretasi sinyal seismik (seismograph) dalam pemantauan gunung merapi. Integrasi pemantauan cuaca, vulkanik dan kegempaan ini juga memberikan kontribusi pada saat bahaya Merapi melalui Komunitas Merapi Balerante 907, yang sempat dicap sebagai Komunitas meresahkan masyarakat. Dimana Komunitas ini juga disebut Komunitas bantingan, karena segala aktifitas dibiayai dari hasil "bantingan" anggota komunitas. Salah satu teknologi yang juga diterapkan adalah sistem pengubahan data analog VHF dari sinyal seismik di puncak Merapi menjadi data digital yang dapat dilihatdi komputer sehingga dapat diketahui guguran atau awan panas yang terjadi dan jumlah besarannya. [caption id="attachment_245094" align="alignnone" width="300" caption="Pengubahan sinyal analog VHF menjadi Grafis pada komputer mempermudah masyarakat untuk menginterpretasikan secara langsung"][/caption] Interpretasi sinyal ini juga sangat bermanfaat pada kondisi pasca gempa Yogyakarta, karena masyarakat ikut melihat dan terlibat sehingga kepanikan pasca gempa dapat dieliminir. Gempa yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 2010 juga dapat diketahui dan juga diinformasikan sehingga kewaspadaan masyarakat meningkat juga sekalligus masyarakat diajak untuk tidak panik. [caption id="attachment_245101" align="alignnone" width="300" caption="Sinyal seismograph saat terjadi gempa di Yogyakarta pada tanggal 21 Agustus 2010, tercatat dari Stasiun Seismik Geofon Wanagama"][/caption] Hal yang membanggakan adalah teknologi integrasi sederhana ini cukup mengaggetkan banyak peserta Internasional saat dipresentasikan pada acaraCities On Volcanoes Conference, Shimabara 2007 dan Asia-Pacific Symposium on New Technology for Prediction and Mitigation of Sediment Disaster, Tokyo 2009. Termasuk Teknologi ini juga sangat membantu dalam menginfokan dari jam ke jam kepada masyarakat saat terjadi banjir besar Bengawan Solo tahun 2007, sehingga sebagian besar evakuasi sudah dapat dilakukan atas kesadaran sendiri walau belum ada perintah evakuasi masyarakat dari pinggir sungai Bengawan Solo. Maksud dari tulisan ini adalah bahwa teknologi dapat igunakan dari teknologi sederhana yang sehari-hari kita gunakan seperti Google Earth, Google Maps, Windows Media Player, Browser dan lain-lain, sehingga masyarakat juga ikut merasakan distribusi informasi dalam rangka antisipasi bencana. Para petani juga akan terbantu dalam mentukan teknologi dan metode yang tepat dalam menghadapi perubahan alam yang berubah-rubah. Demikian juga kejadian Gunung meletus di Sumatera Utara juga dapat diantisipasi dan terinformasikan secara langsung ke masyarakat sehingga masyarakta tidak panik namun tetap waspada. Harapannya bahwa masyarakat yang sudah menganggap internet sebagai bagian hidup juga dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada dalam antispasi bahaya dan bencana. Setiap teknologi pastilaha terdapat dua sisi mata pedang, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. semoga saya masih bisa berkarya dalam untuk mengutak-atik teknologi agar dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kalu boleh sombong nantinya setiap masyarakat punya Ruang Situasi dan Kendali Operasi sendiri seperti yang ada di Situation Room Presiden hanya berbekal Handphone atau netbook lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H