Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dendam Abu-abu

15 Agustus 2023   21:15 Diperbarui: 17 Agustus 2023   06:51 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dendam Abu-abu
Sumber gambar
https://pin.it/7wYpfgN

Hari mulai malam. Purnama sudah hadir menerangi pekat malam. Dari tadi Gunardi menunggu waktu yang tepat agar bisa membalaskan dendam kepada Yunarto. Dendam yang sudah berkarat bahkan hampir berubah warna menjadi tasik. Saat ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Bila tahun kemarin Gunardi menahan amarah sebab masih ada hubungan antara sanak saudara.

Tahun ini sudah tak ada urusan lagi, sebab Marni sudah bercerai dengan anaknya Yunarto yang bernama Wardiman. Wardiman selalu ringan tangan terhadap istrinya putri dari Gunardi. Gunardi selama ini bersabar. Tapi tahun ini dendam kesumat itu bisa berbayar. Perlahan-lahan Gunardi mengeluarkan jurus pamungkas untuk membantai keluarga Yunarto.

Gunardi mengeluarkan jurus yang tidak bisa ditebak mantan menantunya. Perlahan-lahan tapi pasti. Wardiman akan mengalami kesengsaraan. Memang balas dendam itu tiada artinya. Namun bila dibiarkan Yunarto dan anaknya akan semakin merajalela. Dan banyak korban yang berjatuhan. Memang buah tak jauh dari pohonnya.

Gunardi bersikap seolah-olah masih bisa memaafkan mantan menantunya. Gelap gulita hanya diterangi purnama. Wardiman menerima undangan mantan mertuanya. Berharap Wardiman bisa rujuk lagi dengan Marni. Selain Marni cantik ternyata punya warisan yang lumayan. Ada penyesalan di hati Wardiman. Namun nasi sudah menjadi bubur. Dengan memasang wajah penyesalan berharap mantan mertuanya mau memaafkan. Sehingga Wardiman menerima undangan dari mantan mertuanya.

"Wardi tahu apa maksud undanganku ini." Ujar Gunardi sambil tersenyum penuh arti. Dibalik senyumannya menyimpan dendam membara. Ingin rasanya memelintir Wardiman menjadi keripik biar mudah hancur sekalian. Sekali injak sudah jadi remeh.

"Tidak Ayah," Wardiman masih menunjukkan wajah dikasihani.

"Jangan panggil aku Ayah! Semenjak kau bercerai dengan putriku, hubungan kita sudah putus. Jangan harap apa-apa dari hubunganmu selama ini. Jika kau masih menggangu Marni, hidupmu tak bakal tenang. Bahkan Ayahmu juga bertanggung jawab akan hal ini.

"Ampun Ayah, Wardiman menyesal atas semua yang terjadi. Wardiman memasang wajah yang sangat menyesal. Tolong Papa jangan dilibatkan! Ampun Ayah. Wardiman merasa sangat berdosa atas segala perbuatannya terhadap Marni. Hanya saja saat menjadi suami Marni, Wardiman merasa seperti punya kuasa. Entahlah pada saat itu bawaannya ingin terus menyakiti hati Marni. Bahkan raganya pun tak luput dari gamparan tangannya.

"Penyesalanmu terlambat Wardiman. Anggap saja selama ini kita tidak punya hubungan. Lupakanlah semuanya. Jika kamu coba-coba mendekati Marni lagi, ingat seluruh keluargamu pasti sengsara. Gunardi mencoba melunakkan hati agar rasa dendam itu berkurang. Biarlah Tuhan yang menghukum Wardiman.

Dengan memberi maaf terhadap Wardiman. Jalan Marni kedepannya dipermudah. Marni belajar dari masa lalu. Dia membekali diri dengan belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dia tidak mau dibodohi orang termasuk mantan suaminya. Marni sangat berterimakasih kepada ayahnya. Biarpun saat ini dia punya gelar di depan menjadi janda muda. Tidak masalah baginya. Saat ini dia menutup pintu hati. Berdoa dan berharap mendapatkan yang lebih baik dari Wardiman.

Pembantaian itu hanya dilakukan keluarga Gunardi lewat meningkatkan kualitas. Melakukan persaingan bisnis dengan keluarga Yunarto. Persaingan sangat ketat dan keluarga Gunardi menang. Lama-lama keluarga Yunarto mengalami kebangkrutan dan Wardiman sengsara. Kesombongan yang dimilikinya akhirnya pudar ditelan bumi. Tiada yang abadi di dunia ini. Apalagi jika itu kecurangan. Kelicikan akan berbuah bumerang. Sungguh penyesalan datang belakangan. Wardiman hanya gigit jari melihat Marni sukses dan mendapatkan kebahagiaan sekaligus. Bertemu dengan pasangan hidup yang lebih mengerti dan menyayanginya.
 
Bekasi, 15082023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun