Menjadi Abu dan Debu
Keredam amarah yang kembali hadir
Karena telah melihat sesuatu yang menyakitkan. Jantung serasa tertusuk pisau yang tajam . Kemarahan itu meletup-letup seperti gunung Merapi. Lalu aku terdiam.Â
Duduk merenung di antara lembaran kertas yang berwarna-warni. Memanggilku agar segera menuntaskan dan mengembalikan ke yang bersangkutan. Kobaran api semangat yang tadi sempat menyala kini tinggal bara dan mulai redup. Loyo dan lunglai. Aku terluka lagi dan ini sangat sakit dari yang sebelumnya.Â
Selama ini aku sudah tidak mau memperhatikannya. Sudah kuanggap tiada. Tapi hari ini dia terlihat lagi dan lalu lalang di depan mata. Dia selalu berkata : "sabar di dalam kekurangan kita harus semangat"
Lalu yang terdiam di beranda dengan harga yang diluar jangkauan bisa diraihnya, sangat takjub dalam kekurangan bisa memiliki harga yang terbilang melejit. Welahdalah
Kuelus lagi dada yang sempat berapi-api. Jangan lupa selalu tampil bahagia. Tetap bersyukur meskipun telah berulangkali dikibuli. Tiada yang abadi yang abadi hanya janji Sang Maha Kuasa. Kelak roda berputar dan dia akan menjadi abu dan debu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H