Sumber gambar: https://pin.it/6kavxhS
​Sesuatu yang Indah Telah Menanti
Lalu kembali mulut ini komat-kamit. Seperti membaca mantra tapi menggerutu. Sesuatu telah mengganjal di hati. Menggerogoti jiwa dan raga.
Dan pertanyaan itu dengan garang muncul di ruang kepala, hurufnya besar-besar.
"Sampai kapan lagi dia bertahan hah!"
Sampai kulitnya menua dan bersisik. Benar-benar sudah melampaui batas. Dan sudah membuat aku semakin hari semakin enggan untuk melakukan sesuatu. Dan membuat lipatan-lipatan di kening bertambah. Bahkan rambut pun semakin hari berubah warna menjadi putih.Â
Terlalu banyak yang harus diputar. Biar semua lobang tertutup. Ada saja lobang yang menganga. Bahkan gigi pun ikut berlobang. Sehingga aku malu untuk tertawa lebar-lebar. Bahkan jika bicara pun aku terpaksa selalu menutupi mulut dengan masker. Jika saja kecipratan durian runtuh. Mungkin sudah lain ceritanya.Â
Dan ini menambah level kemuakanku terhadap tirani yang sekian tahun telah membelenggu.
 Membuat aku  ingin berteriak. Tubuh serasa tercabik-cabik. Hati juga serasa terbakar. Sudah tak kuat lagi di dasar lembah ketidakmampuan. Seandainya saat ini bisa berteriak, aku pasti menjerit sekencang mungkin.
Andai saja ini di tengah lautan, sudah aku keluarkan teriakan yang paling melengking. Biar aku puas dan lega. Walaupun hanya sementara tapi sangat mujarab. Namun ini tempat keramaian yang harus dijaga tata krama. Kesopanan tingkat dewa.
Berharap di kemudian hari, keadaan ini segera berlalu. Sesuatu yang indah telah menanti. Bersabarlah.
Seberapapun keluh kesah, baik itu sudah menjadi bukit. Hanya kepada Dia, bisa mencurahkan segala sesuatu yang telah menyesakkan dada.Â
Bekasi, 31012023