Kegalakan guru matematika tidak membuat aku pintar berhitung. Setiap tugas yang aku kerjakan jarang benar. Keesokan harinya dipanggil ke depan dan mengerjakan tugas di papan tulis.
 Tiba-tiba suara menggelegar, mengusir aku dari papan tulis, berdiri di pojokan menunggu hukuman. Ternyata bukan hanya aku saja yang tidak bisa. Ada enam orang lagi. Hukumannya dilibas atau dipukul pakai penggaris yang panjang. Sakitnya luar biasa, air mata tak terasa mengalir di pipi.Â
Ada saja teman yang baik. Dia mengajak aku mengerjakan PR pulang sekolah, kami kerja kelompok terdiri dari lima orang. Ternyata belajar dengan teman sebaya malah membuat otakku encer. Aku menjadi lincah mengerjakan soal matematika. Soal-soal itu sangat mudah aku kerjakan karena sudah memahami rumus-rumusnya.
 Matematika ternyata menyenangkan. Butuh waktu yang banyak untuk mengerjakan soal-soal yang rumit. Aku menjadi keasyikan mengerjakan soal-soal itu. Ternyata butuh kenyamanan untuk belajar matematika. Tidak bisa dipaksa. Jika dipaksa otakku malah buntu.Â
***
Matematika oh matematika, jika telah jatuh cinta. Rasanya yang rumit ternyata garing. Semangat buat si kakak kelak engkau bisa jatuh cinta pada matematika
Bekasi, 26122022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H