Akhirnya Chika memutuskan menulis puisi untuk ibu.
Ibu
Dalam pelukanmu aku pasti bahagia
Senyum yang hangat
Membuat aku percaya diri
Ibu
Hari-hari bersamamu penuh warna
Rumah cerah ceria
Dengan canda dan tawa
Bergema seisi rumah
Ibu
Di saat aku bersedih
Dadamu tempatku bersandar
Mendengarkan seluruh kisah
Yang membuat  hati resah
Ibu
Aku menyayangimu
Seperti ibu mengasihi dan menyayangiku
Doa yang terbaik untukmu
Aku berjanji selalu mendengar nasihatmu
Menjadi anak yang terbaikmu
Ibu
Peluk cium dariku
Anakmu yang sangat memuja dan mencintaimu
Selamat hari ibu tetaplah sehat selalu
Sampai waktunya tiba hingga ujung usia
Kelak di hari tua aku pasti bisa membahagiakanmu
Chika menuliskan puisi dengan penuh kasih dan tulisan yang rapi. Dibungkus juga dalam amplop disemprotkan minyak wangi kesayangan ibu. Kado untuk ibu sudah dibungkus.
Tapi Chika teringat sesuatu.
Iya sepatu ibu yang mulai sobek.
Chika melihat sepatu ibu telah usang. Sepatu itu terlalu sering dipakai bekerja. Ibu belum bisa memakai sepatu berhak tinggi. Kaki ibu masih agak sedikit pincang masih pemulihan sebab kecelakaan beberapa bulan lalu.Â
 Padahal sepatunya masih ada yang baru tapi bertumit tinggi. Sehingga sepatu itu terpaksa disimpan sementara. Ibu belum cukup uang membelikan sepatu baru yang tanpa tumit. Uangnya hanya cukup untuk membayar uang sekolah, ongkos dan makan sehari-hari. Chika merasa sedih.
Chika berusaha menyisihkan uang jajannya. Dan mengutarakan keinginannya kepada Ayahnya agar segera dibelikan sepatu untuk ibu.
Ayah menyetujui rencana Chika. Ayah dan Chika pergi ke toko sepatu tanpa sepengetahuan ibu.