Rambut Putih alias Uban
Menginjak usia menuju 40 , si putih mulai tumbuh di kepala. Tumbuhnya pun membuat tangan menari. Kok bisa menari?
Sebab tangan tak henti - henti garuk-garuk kepala. Seperti ada kutu berkeliaran di kepala. Rasanya sangat gatal dan mengganggu. Sehingga tak ampun tuh si putih dicabut dari kepala. Ehhh ternyata jika dicabut malah menambah pasukannya.
Bolo-bolo, alamak.
Si putih bukannya berkurang malah tambah. Kepala sudah mulai berubah warna. Perlahan-lahan dari hari ke hari berubah wujud seperti bunglon. Sebenarnya ada rasa risih sih jika dibiarkan si putih bertengger di kepala.
Namun apa boleh buat. Konon katanya yang ahli di bidang per- rambut - an. Jika disemir atau disepuh, harus terus-menerus. Sebab akar kepala ehhhh akar rambut bertumbuh setiap hari. Jadi semiran otomatis menjadi gradiasi. Selain dalam tempo 3 bulan cat rambut juga mulai pudar sebab sering dicuci. Akhirnya yang punya rambut harus rajin menyemir rambut agar bisa menyembunyikan si putih.
Sepertinya si putih punya kekuatan super. Segala cara apapun tetap saja dia muncul. Apa bisa dengan cara nyemir pakai bahan tradisional. Seperti minyak kelapa, kemiri bisakah menghitamkan rambut. Belum pernah coba. Kali ini aku membiarkan si putih bertengger di kepala. Sebenarnya ada niat untuk menyemir tapi tukang salon mengatakan.
"Jangan disemir Bu, biarkan saja dia tumbuh alami, bagus kok keperak-perakan berkilau dari jauh. "
Jadi begitulah si putih memiliki kerajaan di rambut. Biarkanlah untuk sementara sebelum angin mammiri datang. Selamat datang si putih alias uban. Tinggal menunggu kepala dipenuhi dengan si putih. Yang pasti si hitam sudah mulai meninggalkan singgasananya. Si putih dan si hitam seperti berebut tahta kerajaan. Di usia kepala 40 tahun, si putih sudah mulai melebarkan sayapnya. Oloh-oloh hati harus dipersiapkan sejak dini nih. Si putih secara terang-terangan menyatakan aku sudah menuju tua.
Sekian tulisan gaje hari ini sobat kompasianer, selamat beraktifitas.
Jangan lupa bahagia.
Bekasi, 02122022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H