"Iya Bu, tidak apa-apa."
"Aku aja yang bawa tasnya Bu, sampai kemana diantar?"
"Ke lobby aja Nak, di situ ada tempat duduk."
"Aku perhatikan ibu dari tadi, kirain ada teman yang lain menawarkan diri untuk membantu ibu," ujarnya lagi.
"Oh terima kasih ya Nak. Sudah ibu nunggu di sini saja, tidak apa-apa, sudah biasa kok." Ujarku lagi, agar Aditya segera kembali ke ruangan OSIS untuk bergabung lagi bersama teman-temannya.
"Tidak apa-apa Bu, saya tunggu sampai ibu naik mobil dulu," ujarnya lagi.
"Oh ya udah, 3 menit lagi sampai ya," sahutku.
Anak-anak lalu lalang di lapangan sekolah sehingga menghalangi mobil menepi ke lobby. Terpaksa aku berjalan sekitar 3 meter dari lobby.
"Sudah Aditya, ibu saja yang bawa tasnya." Aku merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, saya antar sampai ke mobil." Aditya masih menggembol tas aku.
Tidak berapa lama lagi mobil gocar datang. Aditya dengan setia menunggu mobil gocar datang.
 Sampai aku naik mobil, baru dia pergi. Anak yang baik, kelak menjadi anak yang sukses ya Aditya. Tuhan memberkati. Terharu aku atas perilakunya.Â
Aditya memang waktu kelas XI, menjabat sebagai ketua kelas dan dia sangat bertanggung jawab. Saat itu dua bulan pembelajaran aku mengajar anak-anak dari rumah atau online melalui google meet, kaki belum bisa menapak. Dan anak-anak berada di sekolah. Sangat tidak nyaman memang.
Aditya menjadi tangan kanan agar menyampaikan pesan kepada teman-teman. Bahkan aku menghukum anak-anak lewat Aditya.
Dengan cara video call, dan anak-anak yang malas mengerjakan tugas maju semua ke depan. Aditya duduk di meja guru sebagai penggantiku. Anak-anak butuh perhatian. Dengan perhatian yang aku berikan akhirnya tugas-tugas yang ada di classroom kelar semua. Dengan bantuan Aditya sebagai ketua kelas membantuku mengingatkan teman-temannya.
***