Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Contekan dalam Masker

23 Maret 2022   10:07 Diperbarui: 23 Maret 2022   10:18 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contekan dalam Masker

Hari ketiga US, ujian sekolah yang tahun ini sudah bisa diadakan di sekolah. Sebenarnya jika bisa memilih lebih suka ujiannya online. Tanpa pengawasan yang ketat.

Jika ujian tatap muka begini naas bagiku. Aku harus banyak menghapal mata pelajaran yang diujikan. Kisi-kisi soal ujian harus aku bahas sampai tuntas. Selain sampai tuntas aku membuat senjata pamungkas.

Seperti biasa membuat contekan yang tidak mudah ditemukan oleh pengawas. Maklumlah ada satu, dua bahkan hampir semua pengawas matanya seperti burung Elang. Tajam menukik. Sehingga senjata pamungkas tidak bisa dibuka sama sekali. Padahal materi itu sudah tertulis rapi di kertas yang sudah mengecil. Tulisan itu kecil-kecil, tapi dalam situasi darurat bisa terbaca.

Ampuhkan!
Namanya usaha agar nilai bagus. Pantat sudah gelisah, nomor sekian dan sekian masih banyak belum terjawab. Pengawas ujian matanya tajam menukik. Mata itu sepertinya memperhatikan gerakanku yang mencurigakan.

Aku pura-pura membaca soal ujian lagi sambil melirik pengawas. Mataku hampir bentrok dengan matanya.

Uuuh hampir saja aku ketahuan. Untung saja masih zaman pandemi, aku menggunakan masker sebagai senjata pamungkas. Contekan yang berwujud kecil, aku susun rapi sesuai dengan ukuran masker. Tapi sialnya, aku berkeringat, kertas contekan mulai lembab. Dan itu sangat menganggu.

Lebih sialnya lagi pengawas yang satu lagi mulai berjalan bolak-balik mengitari kami yang berjumlah 20 orang. Sebentar-sebentar diperiksa kertas ujian kami, apakah sudah mengisi identitas diri.

Peluh mulai membasahi jidatku, selain ketakutan tertangkap, jantung pun terus berdisko. Takut ketahuan, padahal zaman sebelum pandemi membuat contekan hal yang biasa. Dan aku selalu berhasil membukanya tanpa ketahuan pengawas. Hasilnya nilai-nilai hasil ujian selalu tinggi.

Ternyata aku sudah keasyikan ujian online. Sekarang seperti pemula lagi. Contekan berhasil aku buka dengan keringat dingin di jidat. Sebagian menetes jatuh ke dalam masker. Alhasil bertambah lembab, dan berhasil membuat aku bersin. Contekan bercampur dengan ingus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun