Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Natal yang Dingin

28 Desember 2021   21:03 Diperbarui: 28 Desember 2021   21:06 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Beyondexplo

Setiap sore hujan turun, menambah suasana menjadi beku. Dingin menggigit tulang. Tahun ini adalah kepahitan. Ombak badai silih berganti. 

Gelombang pasang mendera, menghempas dan merenggut kebahagiaan keluarga kecilku. Senyum dan canda tawa terukir indah di wajahku seketika direnggut dengan paksa. Tidak ada tanda-tanda belahan jiwa pergi dan tak kembali.

Hujan air mata mengalir tak henti-hentinya. Apalagi jantung hati kami yang belum mengerti apa-apa. Masih berumur tiga tahun. 

Seringkali dari bibir mungil terucap banyak pertanyaan. Kenapa Papa belum pulang. Rindu bermain bersama. Ingin dibelai dan dipeluk olehnya. Sampai malam tiba, di dalam mimpi pun memanggil papa berkali-kali.

Di saat seperti ini hatiku kembali terkoyak, apalagi setelah kepergiannya berjalan dua minggu. Aku telat datang bulan. Ternyata benih itu tumbuh sehat dan kuat.

Senyum manis yang bertengger di wajah adalah palsu. Semua hanya semu. Senyum ini terasa pahit dan getir. Aku benci belas kasihan dari mereka. Akh ini hanya rasa sensitif kerap kali hadir. Ada rasa yang selalu mengganjal. Membuat aku merasa tersudut. Bulan berganti bulan, sudah menginjak bulan ketujuh kepergiannya.

Desember sudah datang, sukacita Natal hadir di seluruh dunia. Tetapi lain dengan aku, ini adalah natal terdingin. Tanpa kehangatan dari belahan jiwa. Hatiku kosong dan hampa. Keheningan semakin menjadi, aku ingin dipeluk dan dielus, apalagi saat si buah hati mulai menendang di dalam perut. Kaki mulai bengkak. Ingat hamil pertama, setiap malam selalu ada yang mengelus, bahkan mengompres dengan air hangat kaki serta pinggang. Aku bahagia saat itu.

Menunggu kelahiran anak yang kedua tanpa kehadirannya aku harus  tegar. Penuh syukur dan nestapa. Tetap bersyukur di dalam kepahitan. Aku harus kuat demi buah hati. Desember yang dingin. Natal yang dingin, aku memohon kepada-Nya tetap memberikan  kekuatan dan hikmat. Selalu berserah kepada-Nya. Semua ini indah pada waktunya.

Erina Purba

 Bekasi, 28 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun