Nasehat yang selalu beliau sampaikan. Jangan lupa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Jauhkan hidup dari dosa. Mendekatkan diri kepada Tuhan adalah kunci keberhasilan.
Hal yang paling bahagia buat saya. Ketika dia berkunjung ke Jakarta saya bisa meluangkan waktu untuk membawanya retreat dari persekutuan rohani perusahaan. Bahagia rasanya kala itu. Perjuangannya menyekolahkan kami sampai lulus SMA. Merupakan modal untuk kami bisa hidup di perantauan.
 4.  Kerja keras
Setelah beberapa tahun saya bekerja di perusahaan. Tahun 2005 saya memutuskan melanjutkan kuliah. Beliau merasa tidak percaya ketika saya memberitahu bahwa sedang kuliah. Kebahagiaan itu lengkap ketika saya memberi kabar bahwa saya mau wisuda. Perjuangannya saya teruskan meraih mimpi bekerja sambil kuliah. Cita-cita saya dari kecil ingin menjadi guru.
 5.  Belajar Sepanjang Masa
Satu hal yang selalu saya ingat. Beliau suka membaca. Walaupun sudah tua. Dia tetap membaca selagi matanya masih awas. Membaca Alkitab, koran, majalah bahkan novel yang saya baca. Sungguh buku memang jendela dunia. Pola berpikirnya mengikuti perkembangan zaman. Beliau adalah inspirasi yang hidup di sepanjang hidupku. Semangat dan kerja kerasnya melekat di hati yang terdalam. Sehingga seberapa besar pun badai menghampiri , aku tetap kuat dan tegar.
Inang tua, tenanglah engkau di keabadian. Cucumu suatu saat kelak bisa pulang mencium pusaramu.
Sekian dulu kompasianer, inspirasi ibu yang tidak melahirkan tapi melebihi ibu bagiku. Nenek tercinta Ibu adalah sekolah pertamaku
Ditulis untuk Kompasian
Bekasi, 18112020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H