Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kepahitan di Dunia Pernikahan, Apakah Penyebabnya?

4 November 2020   22:57 Diperbarui: 4 November 2020   23:30 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: haurgeulis.com

Saya mengangkat tema tentang kepahitan di dalam sebuah keluarga.

Beberapa pengalaman saya di sekitar keluarga, sahabat dan tetangga dulu semasa gadis.

Menikah bukan berarti menyelesaikan satu masalah. Masalah jomlo. Menikah kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai masalah.

Pernikahan ikatan janji suci di depan pendeta atau penghulu. Janji itu tertulis hidup semati dalam suka dan duka. Janji itu wajib kita pegang teguh sebagai dasar yang kokoh membina keluarga yang harmonis.

Dua menjadi satu. Memang tidak mudah. Berbeda karakter, hobi, sikap bisa menjadi kesatuan yang utuh. Hal yang harus kita sadari pasangan kita adalah diri kita sendiri. 

Jadi berhentilah menyakiti diri sendiri. Pupuklah selalu cinta dan kasih agar keutuhan rumah tangga tetap langgeng dan harmonis.
Beberapa kepahitan keluarga yang selalu melanda dunia pernikahan antara lain :

 1.  Keegoisan

Tidak mau mengalah dan merasa benar. Merasa sebagai kepala keluarga wajib dihormati dan dijunjung. 

Menurut saya pemikiran seperti ini bisa juga tapi kita juga harus menghormati dan menghargai pasangan kita dulu baru timbullah rasa timbal balik. Ada rasa segan. Kerapkali saya jumpai kepala rumah tangga merasa dia adalah raja, sehingga pasangannya diberlakukan sewenang-wenang.

 2.  Kurang menghargai pasangan

Sewaktu menikah kita diberkati dengan posisi yang sama rata, tidak satu berdiri satu lagi duduk. Yang artinya posisi kita di dalam keluarga sama jenjangnya. 

Suami istri mempunyai hak yang sama. Kadang ada suami yang merasa hebat karena dia yang mencari kebutuhan keluarga. Jadi wajib dilayani seperti raja, maaf kata sang istri sebagai pelayan bukan pasangan. Memang sebagai istri kita wajib melayani suami tapi sang suami jangan sampai keterlaluan.

Istri bahagia adalah rezeki suami. Kesuksesan suami adalah dorongan dan istri yang tercinta. Istri adalah belahan jiwa. Tempat berkeluh kesah, tempat berbagi cerita. Keluarga harmonis adalah idaman semua keluarga. Bagaimana cara agar kita selalu bisa rukun dan damai
Tergantung diri kita masing-masing.

Sekian dulu sobat kompasianer sampai jumpa lagi di tread selanjutnya, jangan lupa bahagia. Bila mampir silahkan berbagi di kolom komentar. Terima kasih.

Sudah ditulis di Kaskus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun