Siapakah Dia yang Telah Merebut Selimutku?
Awalnya aku tidak menyangka wajah selembut sutra, semanis madu, itu telah merebut selimut hidup dariku.
Tiada rasa bersalah seolah-olah semua baik-baik saja.
Di depan mataku semuanya normal seperti biasa, dia penuh pengertian dan anggun. Bahkan sering juga menjadi penengah di antara kami bila badai tengah melanda keluarga kecilku. Dia adalah tempatku untuk berkeluh-kesah. Menuang segala sesak di dada. Aku sangat percaya padanya. Dia adalah sahabat terbaikku. Yang dari dulu semenjak kami SMA. Dengan polosnya hati ini percaya padanya.
Langit masih terbungkus awan kelabu matahari sepertinya sudah menggelinding tak terlihat karena dari pagi terhalang oleh mendung. Ternyata ini adalah pertanda bagiku.
Senja kelabu menaburkan luka yang terdalam. Dia yang lebih kuanggap seperti saudara seibu seayah ternyata menusuk aku dari belakang. Wajah itu ternyata penuh dusta. Penuh tipu daya dan muslihat.
Aku membuktikan dengan mata kepala sendiri mereka melakukan hubungan seperti aku dengan suamiku. Yang lebih miris mereka melakukannya di rumah kami. Oh dunia rasanya terbalik. Dia yang bernama Anggerini sahabat yang terbaik yang kupunya. Sungguh teramat tega merebut belahan jiwa dari keluarga kecilku.
Anggerini ... Anggerini sungguh kau sangat kejam. Tak punya hati. Entah apa salah dan dosaku. Aku tak sanggup lagi melihat kalian berdua. Lebih baik aku pergi jauh dengan si jantung hati. Tanpa berharap bertemu lagi dengan kalian. Cukup sampai di sini saja persahabatan kita.
Sudah ditulis di blog secangkir kopi bersama
Bekasi, 13102020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H