Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setitik Cahaya

15 September 2020   14:26 Diperbarui: 15 September 2020   15:01 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Dokpri


Setitik cahaya menelusup menuju ruang-ruang asa
Dia yang telah tega merusak budaya bangsa yang beradab
Hilangnya jabat tangan diakibatkan oleh dia yang kasatmata

Dia telah merenggut kebebasan kita
Mengurung kita dalam sangkar emas
Dia yang mengharuskan kita menjaga jarak demi keselamatan bersama
Dia merenggut kebersamaan kita yang melibatkan jiwa dan raga
Dia yang juga membuat kita wajib memakai protokol kesehatan

Di musim penghujan dia merajalela beranak pinak.
Dia datang tanpa diundang
Kepergiannya hal yang ditunggu- tunggu setiap insan
Dia juga mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan

Gara-gara dia yang hanya setitik dan tak kelihatan tapi mampu menggoroti tubuh manusia
Enam purnama telah berlalu
Desiran angin masih gemulai
Dia belum beranjak dari singgasananya yang sekarang

Hujan deras melanda bumi berharap si dia terbawa arus air sampai ke dasar lautan

Seperti pelagi sehabis hujan, kepergiannya dari muka bumi sangat dinantikan

Pelangi senja di bulan September adalah asa, si dia musnah dan tak kembali lagi

Bekasi, 15 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun