Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dejavu Sahabat

15 September 2020   00:44 Diperbarui: 15 September 2020   02:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seumpama malam yang datang kesiangan. Akankah kita sejalan. saling erat menggenggam tangan, menguatkan kala badai datang, mengasihi tanpa pinta balasan.

Kawan! Semua terasa benar adanya. Ketika ego saling berbicara retak hati abaikan rasa. Aku masih di sini menunggu sapa hangatmu tertuju. Entah bila waktu memaki adaku karenamu tak kunjung jua menyeru.

Kawan! Aku patah. Memapah sesak dalam nyeri. Berdiam dan bertepi, harap ilusi sesal tak menghardik diri.

Maaf. Hanya itu yang mampu terucap. Saat adamu berlayar di samudera lepas, tanpa dosa kulepaskan tanpa kata pisah. Hanya dedoa malangit pinta, semoga damai hatimu di perasingan diri. Kutunggu sampai bilabila nanti. Meski sekarat menjamah ilusi kukecup bayangmu tanpa tepi. Merinduimu adalah nyeri.

Sahabat!

Bagaikan kawanan burung layang-layang selalu bersama-sama. Beriringan mencari keteduhan dan kehidupan

Kawan!
Kujejaki hari demi hari berharap kelak sang waktu memberi peluang untuk kita bersua . Paraha yang melanda seperti gunung meletus hingga sekarang masih seperti onak duri mengikuti setiap langkah kakiku

Di sepanjang mata memandang panorama indah padang ilalang berulangkali mengelabui sang burung layang-layang. Yang tidak bisa membedakan mana murni atau palsu.

Kawan!
Walaupun perih , pedih , luka tetap saja asa itu kelak mempersatukan cermin yang sudah retak.
Mungkinkah jalinan kasih antara kau dan aku yang dulu hangat akan kembali.

Sahabat!
Mungkin beberapa purnama akan menjawabnya kisah yang dulu terjadi terulang kembali. Meskipun hanya bayangmu kukecup walaupun nyeri
Merinduimu tak pernah menepi

Mungkinkah jalinan kasih itu kembali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun