Masa pandemi merenggut kebebasan kita bahkan harus mengikuti protokol kesehatan bila keluar rumah. Banyak hal-hal baru atau budaya baru ketika virus Corona melanda dunia.
Bahkan kebebasan penerus bangsa untuk menuntut ilmu terbatas bahkan tidak bisa ke sekolah. Hal ini sangat membebani orang tua apalagi yang bekerja. Banyak hal-hal yang membuat orang tua menjadi darah tinggi.
Sebelum masa pandemi anak-anak sekolah belajar full day bahkan di rumah sudah sore hari. Orang tua tenang bekerja tidak terlalu turut campur dunia sekolah. Hanya berpesan belajar sungguh-sungguh agar bisa meraih cita-cita.
Peran orang tua tidak terlalu rumit bila anak kurang bisa menyerap pelajaran. Ada jalan lain anak bisa di belajar bimbel sepulang dari sekolah.
Orang tua hanya sibuk mencari uang untuk kebutuhan keluarga dan biaya sekolah.
Kadang karena kurangnya perhatian dari orang tua anak-anak tersebut mencari perhatian di sekolah.
 Berbagai macam kelakuan mereka.
 1.  Terlambat ke sekolah
 2. Tidak mengerjakan tugas atau PR dari guru
 3. Pulang dari sekolah sebelum waktunya atau cabut
 4. Pulang sekolah masih berada di tempat tongkrongan.
Alasan mereka mengapa masih di tempat tongkrongan karena tidak ada teman di rumah belum pulang kerja. Ini kisah SMA yang saya alami di sekolah tempat kerja.
Sekarang dunia dilanda virus Corona mulai bulan Februari. Serasa dunia terbalik. Bahkan sekolah wajib ditutup belajar online. Guru dituntut lebih kreatif melalui pembelajaran jarak jauh.Â
Bagaimana dengan orang tua. Nah sekarang orang tua siap dua puluh empat jam di samping sang anak. Bahkan menegur mereka bila tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh. Peran yang dulu guru membentuk karakter mereka sekarang tugas orang tua karena sang anak full time di rumah.
Kerjasama yang baik sangat dibutuhkan saat ini. Apalagi Pembelajaran jarak jauh, orang tua, siswa dan guru saling keterkaitan.
Kendala masa pandemi antara lain :
 1.  Jaringan sering Galant
Ketika kami belajar menggunakan google meet tiba-tiba WiFi mati maka pembelajaran jarak jauh terpaksa putus tetapi masih ada cara lain materi power point dan video pembelajaran dibagikan ke google classroom sehingga proses belajar tetap berjalan
 2.  Kuota habis
Hal yang sering dialami anak-anak. Kenapa tidak mengikuti meet? Jawaban mereka kuota habis. Solusi itu kini teratasi ada pembagian kuota dari dana BOS.
 3. Terlambat bangun
Terlambat bangun adalah hal yang sering saya jumpai. Bila kehadiran mereka ditanyakan guru mata pelajaran lain. Tugas saya sebagai wali kelas segera menghubungi orang tua.
 4. Ketiduran
 Ini sering terjadi bagi anak yang begadang, pembelajaran jarak jauh berlangsung dari jam delapan sampai jam 12 , empat mata pelajaran. Jam ketiga bila guru melakukan meet sebagian anak belum muncul. Wali kelas segera menghubungi ternyata sang anak ketiduran.
Belajar selama pandemi mereka bilang lebih suka tatap muka. Kami juga merasakan demikian.
Sekian dulu sobat kompasianer semoga pandemi ini segera berlalu. Sehingga penerus bangsa bisa belajar tatap muka. Indonesia bangkit kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H