Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Virus Ecobrick Solusi Mengurangi Sampah

26 Februari 2020   15:33 Diperbarui: 26 Februari 2020   15:35 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Lestari N'J

Kali ini pelatihan pengolahan sampah yang saya ikuti sangat menambah wawasan. Dari keprihatinan sampah yang menumpuk hingga dampak yang kita rasakan semakin merugikan. Merugikan baik bagi pelaku pembuang sampah maupun lingkungannnya. 

Banyak fakta di sekitar kita atas sampah yang ditimbulkan. Mulai dari penumpukan yang menyebabkan lingkungan tidak sehat. Sampai pada akibat lain yang sering kita jumpai dan kota alami, yakni banjir. 

Dulu, ketika di tahun 80-an, banjir jarang kita dengar beritanya. Kalau pun ada biasanya penyebab banjir karena air laut yang pasang sampai ke darat. Itupun tidak menyebabkan penderitaan bagi sekitarnya. Bencana lain yang disebabkan oleh air kita jumpai ketika adanya bencana sunami. Korban terhitung banyak. 

Tahun semakin ke sini, ternyata bencana banjir sedang trandying topik. Seolah-olah tokoh utama bencana adalah air. Tokoh antagonis yang menyebabkan derita bagi semua makhluk di sekirnya. Baik air hujan yang debit turunnya bertambah, atau air bah kiriman yang diterima tanpa pilih tempat. 

Sesungguhnya semua air menginginkan bergerak dan berlalu saja menuju tempat yang paling rendah. Ada tempat tampung yang maha luas di sana. Laut. Tetapi aliran mereka menjadi tidak leluasa ketika banyak hal yang menghalangi. Sampah. Sampahlah yang sesungguhnya tokoh antagonis itu. Sampah yang menyebabkan air tidak dapat leluasa bergerak meninggalkan tempat-tempat singgahan. Sehingga dia akan berputar-putar pada tempat-tempat rendah. 

Kita belum sadar benar tentang bahanya sampah. Secara teoritis semua pasti sepakat mengatakan bahwa 'paham' akan bahanyanya. Tetapi sesungguhnya masih tidak paham. Bagaimana mungkin bisa dikatakan paham, jika sering kita menemukan mereka sedang membuang sampah seenakkan di sungai. Seolah tanpa beban, melepas sampah-sampah itu di sana. Orang yang hidup di pinggiran sungai seolah bisa menikmati vasilitas tempat sampah yang canggih. Sekali buang hilang. Bak seperti robot raksasa melahap sampah-sampah. 

Sementara sampah rumah tangga menambah deretan panjang penumpukan sampah. 64 juta ton sampah pertahun dihasilkan rumah tangga. Atau 175.00 ton per hari. Jika diasumsikan Setiap rumah menghasilkan sampah 0,7 kg perhari. Maka betapa melimpah sampah tersebut. 

Jumlah sampah yang besar ini sesungguhnya dapat dimanfaatkan kembali. Banyak orang memanfaatkan kembali sampah-sampah tersebut. Mereka memanfaatkan lebih pada meningkatkan nilai sampah secara ekonomis. Dengan memanfaatkan sampah menambah pula income.

Pengolahan sampah dapat dilakukan oleh siapa saja. Dengan tujuan apa saja. Salah satu pengolahan sampah dengan ecobricks. Yakni botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological sebagai bahan blok bangunan. Bahan blok bangunan pengganti batu bata atau eko-batu bata merupakan teknologi nerbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya.  Limbahatau sampah plastik yang dapat kita peroleh dimana saja dan kapan saja. 

dokpri
dokpri
Melimpahnya sampah di sekitar kita dapat kita manfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan ecobricks. Dengan ecobricks kita tidak hanya dapat membuat kursi, meja, hiasan, atau karya seni lain. Bahkan dengan ecobricks kita dapat membuat rumah. 

Langkah-langkah membuat ecobricks:

1. Kumpulkan bungkus plastik dan kresek yang sudah dibersihkan.

2. Siapkan botol plastik yang sudah bersih dengan ukuran 600 ml.

3. Bungkus plastik dipotong kecil-kecil.

4. Masukkan kresek teelebih dahulu ke dalam botol. Fungsinya sebagai dasar dari potongan plastik. 

5. Masukkan potongan plastik. Padatkan. Cara memadatkan dapat menggunakan batang bambu atau tongkat kayu. Tongkat kayu untuk mendorong otongan plastik agar lebih padat. 

6. Timbang. Upayakan berat botol antara 200-250 gram. 

Semakin banyak ecobricks yang kita buat semakin banyak pula pola bangunan yang dapat kita buat. Semakin banyak bpola bangunan yang kita buat, maka tentu banyak pula sampah yang dapat kita manfatkan. Semakin banyak sampah yang dapat kita manfaatkan, bencana banjir dapat tertanggulangi. 

Sahabat pencinta lingkungan, betaca banyak cara agar sampah di permukaan bumi ini dapat kita kelolah. Dengan mengelola yang tepat maka daya guna untuk lingkungannnya juga akan tepat sasaran. Dengan pengolalaan yang konsisten serta terus-menerus, maka lingkungan akan terselamatkan. 

Gerakan ecobrick perlu diviruskan. Dari mulai masyarakat sekeliling kit, dunia pendidikan, penggerak pemerhati lingkungan, dinas lingkungan hidup yang terkait. Upaya harus terus-menerus. Tak perlu untuk menunggu mendapat ilmu tentang pembuatan ecobricks, tak perlu juga menunggu perintah dari atasan. Semua upaya demi pelestarian lingkungan akan dapat tercapai. 

SMPN 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan mengawali menggerakkan para penggiat lingkungan di Kabupaten Pasuruan. Khusus yang dibidik adalah sekolah-sekolah yang memiliki lahan estafed peduli lingkungan kita yakni pendidik. Dengan harapan pelatihan ini dapat memberi wawasan pelatihan untuk sekolah asal. 

"Saya siap membatu siapapun, jika dibutuhkan. Saya bisa melatih bapak/ ibu/ anak-anak sekali pun agar mereka bisa membuat ecobricks dengan sempurna",  begitu yang disampaikan oleh salah satu pakar ecobricks Mas Amali dari FKPL Kabupaten Pasuruan.

"Lingkungan lidup harus terus kita lestarikan. Bukan begitu Bu Lestari?". Pertanyaan dari Ketua Adiwiyata Sri Handayani, M.Pd kepada saya. Saya jawab dengan anggukan mantap, tanda sangat setuju. Bukan suatu kebetulan ibu saya memberi saya nama lestari. Tetapi saya bersyukur nama itu memberi inspirasi bagi saya untuk bertanggung jawab atas lingkungan sekitar saya. 

dokpri
dokpri
Harapan besar kita akan pelestarian lingkungan ini akan bisa lebih digerakkan. Virus-virus harus disebarkan agar menular dan menjadi suatu kebiasaan baik memperhatikan dan mengolah lingkungan dengan tepat. 

Salam lestari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun