Mohon tunggu...
Lestari Soonard
Lestari Soonard Mohon Tunggu... Administrasi - Terus belajar

Arsitek yang Terapis, Fotografer, menyukai menulis, eksperimen masak, tanaman, anabul, senang belajar hal baru. Buku : The Miracle of Doa, The Wonderful Sedekah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

3 Plus Manfaat Memaafkan Orang Lain bagi Kesehatan

29 April 2023   23:46 Diperbarui: 29 April 2023   23:48 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saling memaafkan (Dok Pribadi)

Siang tadi saya menghadiri acara halal bihalal. Kami doa bersama kemudian sambil berjalan saling bersalaman sebagai bentuk saling memaafkan. Dilanjutkan makan bersama dan ramahtamah.

Allah SWT, dalam surat Al Imran ayat 134 : "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

HR Muslim : Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :  "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allan menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)."

Jelas, memaafkan kesalahan orang adalah tindakan yang mulia dan penuh kedamaian. Allah mencintai, memuliakan, dan meninggikan derajat orang yang bisa memaafkan orang lain.

Memaafkan sebenarnya bukan hanya untuk orang yang kita maafkan saja. Tapi justru dengan memaafkan, banyak manfaat bagi kesehatan diri kita sendiri.

Berikut 3 manfaat memaafkan:

Saling memaafkan (Dok Pribadi)
Saling memaafkan (Dok Pribadi)

Meningkatkan kualitas diri

Seringkali kita merasa sakit hati, marah, sedih dan berbagai emosi negatif lain, saat kita memiliki masalah atau berkonflik dengan orang lain. Coba amati, ketika kita sedang merasakan emosi negatif tersebut, nafas kita cenderung menjadi lebih pendek dan cepat, yang kemudian akan mempengaruhi aliran darah. Lalu bisa jadi jantung  berdebar tidak normal, kepala pusing. Kalau di cek, sangat mungkin tekanan darah melonjak. Organ tubuh kita bekerja upnormal...

Kondisi ini meningkatkan resiko depresi, penyakit jantung, diabetes dan gangguan kesehatan lainnya.

Memikirkan kesalahan orang lain terus menerus juga meningkatkan resiko gangguan obsesif-kompulsif (OCD), stres pasca-trauma (PTSD), atau psikosomatik.

Jika kita bisa memaafkan, hal-hal tersebut tidak akan terjadi pada fisik maupun mental. Kita bisa hidup lebih damai, sehat dan move on dengan rencana hidup selanjutnya.

Memaafkan bukan berarti melupakan atau membenarkan kesalahan orang lain. Memaafkan bukan berarti melepaskan tanggungjawab orang tersebut atas kesalahannya. Memaafkan bukan berarti kita bersikap pasif dan membiarkan orang lain mengulangi kesalahan yang sama.

Sebaliknya, memaafkan adalah langkah awal supaya pikiran kita jernih, hati kita adem dan bening, untuk menentukan sikap selanjutnya yang tegas namun bisa disampaikan dengan netral atau lembut. Agar kita bisa bersikap bijak dan cerdas, untuk mencegah kesalahan yang sama terulang lagi.

Dan kemampuan bersikap bijak dan cerdas berarti, kualitas diri kita semakin meningkat. Termasuk dalam hal kesehatan fisik dan mental.

Terbebas dari 'mental-block'

Untuk memaafkan, tahap pertama adalah kita bisa menerima dulu rasa tidak nyaman atau emosi negatif yang tengah dialami. Proses mengenali kemudian menerima kondisi ini adalah proses melatih diri dalam menyikapi berbagai situasi kondisi dalam kehidupan.

Dengan memaafkan, kita terlepas dari jebakan emosi negatif yang bisa menjadi mentalblock bagi kita. Kita jadi takut banyak hal tanpa kita sadari, karena takut kejadian tidak enak tersebut terulang lagi. Dengan memaafkan, kita bisa bebas...lepas...seperti lagu Iwa K. Kita bisa move-on. Tidak tertarik-tarik ke belakang lagi dengan emosi negatif.

Melatih empati

Saat ingin memaafkan seseorang, cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang lain. Mungkin ada faktor yang kita tidak tahu.

Hasil penelitian, seringkali orang berbuat negatif/menyakiti orang lain karena ada trauma/endapan emosi negatif yang mungkin dia sendiri tidak tahu. Sehingga menjadikannya lebih sensitif. Guru terapi saya menganalogikan: jika kulit kita terluka dan lukanya masih basah, luka tersebut tersentuh tidak sengaja tentu akan terasa sakit/nyeri/perih sekali. Tapi jika luka tersebut sudah sembuh, ditepuk-tepuk pun tidak akan sakit. Bisa jadi, orang yang menyakiti kita punya luka batin/trauma di masa lalunya. Kebetulan tanpa kita sadari, kita menyengggol luka batin tersebut. Jadilah : lu senggol gue bacok!

Halal bihalal, saling memaafkan (dok. pribadi)
Halal bihalal, saling memaafkan (dok. pribadi)

Terus... bagaimana caranya kita tahu, bahwa kita benar-benar sudah memaafkan seseorang atau belum? Benar sudah memaafkan dari hati atau hanya di bibir saja?

Kata guru terapi saya, tes nya sederhana. Amati, jika kita mendengar nama orang tersebut disebut, atau bertemu orangnya, apakah kita masih merasa tidak nyaman atau sudah biasa saja?

Hanya kita yang tau pasti jawabannya, semua tergantung kejujuran diri sendiri.

***

Memaafkan adalah hal penting. Bukan hanya memaafkan orang lain. Tapi juga memaafkan diri sendiri. Sudahkah kita memaafkan diri kita sendiri?

Salam memaafkan

Putri Soonard

Samber THR 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun