Selamat hari raya
Selamat hari lebaran
Raihlah kemenangan
Setelah ramadhan
Mari berjabat tangan
Mari maaf maafan
Raihlah kemenangan
Dengan senyuman
Selamat hari raya
Selamat hari lebaran
Raihlah kemenangan
Setelah ramadhan
Mari berjabat tangan
Mari maaf-maafan
Raihlah kemenangan
Lahir dan batin
Dunia ini penuh cobaan
Sarat godaan
Kadang ada kekhilafan
Dan kesalahan
Hadirkanlah ketaqwaan
Mohon ampun-Nya
Untuk satu kebahagiaan
Dunia akhirat
Alunan lagu dari band Gigi menemani saya membaca berita Kompas.com di laptop. Suasana lebaran masih terasa kental dimana-mana.Â
Takbiran dan lagu-lagu lebaran selalu membuat saya tenang, sukacita, bercampur haru. Lagu-lagu tersebut seperti berbagi aura kedamaian. Kesenangan karena insyaa Allah telah menang menyelesaikan puasa di bulan Ramadhan. Namun bercampur haru...berharap berjumpa lagi dengan Ramadhan mendatang...
Lebaran identik dengan menu makanan seperti opor ayam, rendang daging sapi, sayur godog, sambal goreng kentang ati, yang semuanya menggunakan santan dan sarat bumbu berempah. Lezat pastinya.
Tapi setelah melahap menu seperti itu, saya  jadi ingin nyari menu berkuah bening dan hangat. Apalagi kalo bukan makanan sejuta umat, favorit Nusantara : Bakso.Â
Bagaimana ga menjadi makanan favorit Nusantara, entah dijual dengan gerobak keliling, gerobak mangkal pinggir jalan, hingga yang di pusat perbelanjaan, semua selalu ramai pengunjung.
Nah... Alhamdulillah..., kali ini saya sudah menyimpan bakso urat dari bakso langganan saya sebelum mereka mudik. Jadi tinggal bikin kuah kaldu, terus cemplung-cemplung...hap hap deh...
Dikutip dari Wikipedia, Bakso berasal dari bahasa hokkien Bak-So yang berarti "daging giling". Disana bakso dibuat dari daging babi. Di Indonesia, karena mayoritas muslim, mayoritas bakso dibuat dari daging sapi, Ikan atau ayam. Di daerah tertentu ada juga yang dibuat dari daging babi.
Bakso asal Tiongkok selain dari daging babi ada juga yang dari makanan laut, berwarna kecoklatan, dan bentuknya tidak bulat sama sekali. Disajikan tidak dengan kuah.
Sementara di domisili saya, yang terkenal adalah bakso Wonogiri dan bakso Solo. Di Indonesia bentuknya lebih bayak yang berbentuk bulat, warna keabuan dan disajikan dengan kuah bening segar.
Sekarang bisa kita jumpai berbagai variasi bakso. Ada bakso berbentuk gepeng, ada yang bentuk kotak. Ada yang berisi keju, urat, telor dan lain sebagainya. Ada yang adonan dagingnya diberi irisan cabai rawit. Ada Bakso beranak, yaitu bakso besar yang berisi bakso kecil-kecil dan biasanya sudah diberi sambal. Atau bakso iga, dimana adonan daging bakso dibuat membalut tulang iga dengan dagingnya yang gurih dan empuk. Ada juga bakso kerikil, yang dibuat dengan bahan dasar sama tapi berukuran kecil-kecil seperti batu kerikil.
Kuahnya pun semakin bervariasi. Ada yang dengan bumbu khusus plus irisan cabai rawit merah hingga kuah berwarna merah merona dan membuat liur mengeces. Atau yang diberi bumbu rawon.
Berasal dari Jawa Timur terkenal juga Bakso Malang. Dalam semangkok disajikan paduan bulatan daging bakso, somay, pangsit goreng, tahu, mi dan berkuah bening segar.
Bakso yang sudah saya prepare sebelum libur lebaran, adalah bakso Widuri, buatan Bapak Wagino asli Wonogiri. Di kedai Widuri tersedia bakso halus dan bakso urat juga mie ayam. Yang saya suka banget, selalu di beri tetelan berlimpah. Tetelannya bukan lemak yang jika selesai makan akan terasa lengket di mulut.
Beberapa waktu lalu saya pernah belajar membuat bakso disini, langsung dari Pak Wagino. Saya datang sekitar jam 8 pagi. Mengikuti semua proses persiapan Pak Wagino berjualan. Dari persiapan bumbu, sayuran, ayam dan ceker untuk toping mie ayam, dan tentu saja pembuatan bakso.
Saat itu, Pak Wagino menghabiskan daging sapi 10 kg setiap hari. Daging digiling bersama bumbu, ditambah tepung tapioka dan telor. Setelah rata, adonan dibentuk bulat. Caranya dengan di kepal-kepal lalu dikeluarkan antara jari telunjuk dengan ibu jari, kemudian di 'sendok' dengan sendok kecil sehingga membentuk bulatan. Cara seperti ini yang dipercaya membuat bakso terasa kenyal. Bulatan tersebut dimasukan kedalam air hangat.Â
Nah, disini saya baru paham kenapa waktu saya nyoba sebelumnya di rumah bulatan bakso saya pecah. Ternyata karena saya nyemplungin bulatan daging ke dalam air mendidih.Â
Sebagian adonan daging giling diisikan pada tahu berkulit coklat. Sebagian lagi adonan daging diisi dengan adonan urat.
Sementara pak Wagino sibuk membulatkan adonan menjadi bakso, kru lain menyiapkan bahan lainnya. Seperti menggoreng campuran bumbu hingga seantero lokasi wangi dengan aroma yang menggoda nafsu makan. Mengiris daun bawang. Menyiapkan ayam dan ceker untuk toping mi ayam.
Meski kedai baksonya terlihat sederhana, pelanggannya dari berbagai kalangan, termasuk artis.
Saya, meski sudah belajar dan sempat berniat jualan bakso sendiri, jujur sampai sekarang saya merasa bakso hasil buatan saya belum seenak bakso pak Wagino...hiks...
Itupun saya baru bisa membuat yang bakso biasa, yang cuma dibulatkan saja. Belum bisa membuat yang isi urat. Padahal saya suka banget yang bakso urat. Jadi yah tetap saja: beli jadi aja deh ma pak Wagino...tinggal makan...hehehe...
Atau yah menikmati bakso pak Wagino di acara-acara komunitas yang saya ikuti. Karena semakin banyak yang menyukai dan memesan bakso pak Wagino untuk menjadi menu di acara-acara seperti buka bersama, halal bihalal dan lain-lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H