Tentu berbeda ya membaca novel dan menonton film walau isinya sama.
Dalam membaca novel, kita sebagai pembaca menggunakan indera penglihatan saja. Untaian kata-kata dari penulis yang menggambarkan situasi, kondisi, percakapan dan seterusnya, semua dalam bentuk kata-kata. Kata-kata inilah yang bisa mengajak perasaan pembaca naik turun mengikuti jalur cerita. Membawa pikiran pembaca bebas memvisualisasikan isi novel.
Sementara dalam menikmati sebuah film, pembaca menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Efek cahaya, musik dan lain sebagainya, tentu memperkaya efek yang diterima oleh penonton dan tentu juga bisa lebih mempengaruhi perasaan penonton untuk masuk dan menikmati  sebuah karya film.
Buat saya, membaca dulu novel Ayat-ayat Cinta baru menonton filmya, sama-sama memberi kepuasan. Banyak pesan positif yang terekam di diri saya baik dari novel maupun film tersebut.
Kemudian lahir banyak film seperti Ketika Cinta Bertasbih (2009), Surat Kecil Untuk Tuhan (2011) dan banyak lagi.
Sementara, untuk film Habibie dan Ainun, saya belum membaca bukunya ketika menonton filmnya.
Film ini menurut saya juga sangat banyak menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang sangat Islami. Hangat cairan mengalir di pipi ketika Habibie kecil mengambil alih sebagai imam saat ayahnya tak sadarkan diri ketika mengimami keluarga sholat berjamaah.
Kesadaran sebagai imam di keluarganya yang memahami kondisi dan tidak ingin memberatkan sang ibu, membuatnya tak jadi menyampaikan niat meminta biaya hidup ke ibunya saat Habibie sebenarnya membutuhkan biaya sebagai anak rantau saat menuntut ilmu di Jerman. Hal yang mungkin sepele, namun buat saya itu adalah dakwah bagaimana kita mengenal dan memahami orang lain dalam hal ini orang tua kita. Bagaimana kita tidak boleh menyerah dalam situasi kondisi apapun. Insyaa Allah selalu ada jalan dariNya.
Dan banyak lagi pesan-pesan indah sarat makna dalam film ini.
Kembali mengutip Hijup.com, Hanung Bramantyo mengungkapkan,"Manusia itu menyukai sesuatu yang baru. Jadi bukan perkara film Islami itu pasti banyak penontonnya, tapi bagaimana inovasi yang dibawa film itu. Tapi memang, film Islami diperkirakan mendapat sambutan hangat di Indonesia karena 80% penduduknya muslim. Tapi tetap saja, penonton hampir selalu menyukai hal-hal yang baru".