Kota Kudus yang terletak di provinsi Jawa Tengah, kaya dengan berbagai potensi wisata yang unik dan tentu menarik untuk dikunjungi. Alhamdulillah, pertengahan bulan Maret ini, saya termasuk dalam rombongan Kotekasiana yang diundang Dinas Budaya dan Pariwisata Kudus untuk mengunjungi beberapa tujuan wisata Kudus.
Dan hari ini, kami akan mengunjungi dua Museum unik yang hanya ada di Kudus, yaitu Museum Kretek dan Museum Jenang.
Museum Kretek
2 buah bus besar beriringan meninggalkan halaman Hotel @Hom di pagi hari yang cerah. Tak lama kemudian bus tiba dan memasuki halaman Museum Kretek yang berada di Jalan Getas Pejaten No 155, Kecamatan Jati , Kudus.
Dari namanya tentu kita akan mengira bahwa Museum ini isinya tentang Kretek. Ga salah koq. Memang di dalam Museum ini kita akan bisa mengenal lebih dekat tentang bagaimana usaha Kretek di Kudus bisa mengerakkan perekonomian daerah.
Berawal dari Haji Djamhari, warga asli Kudus, tahun 1880an yang sudah lama mengalami sakit dada dan sering merasa sesak. Beliau mencoba mengoleskan minyak cengkeh di bagian dada dan punggung. Alhamdulillah menjadi lebih baik. Kemudian mencoba mengunyah cengkeh, yang ternyata terasa di tubuhnya menjadi lebih baik lagi. Kemudian terlintas untuk menggunakan rempah tersebut untuk pengobatan. Caranya dengan mengiris halus cengkeh, dicampur dengan tembakau, dilinting dengan klobot (kulit jagung). Berita cepat tersebar, dan perlahan permintaan meningkat. Nama kretek sendiri lahir dari suara yang timbul saat lintingan tersebut dibakar mengeluarkan suara seperti kretek-kretek.
Yang sangat menarik bagi penulis adalah, bagaimana seorang Nitisemito yang pribumi biasa, di masa penjajahan, yang tentunya banyak keterbatasan bagi pribumi, beliau bisa merintis dari bawah produksi kretek. Dan usahanya terus berkembang hingga menjadi besar.
Kecerdasan Nitisemito tidak hanya untuk merintis produksi saja, tapi juga secara manajemen yang terbukti dengan berbagai catatan yang sangat rapi. Selain itu, beliau juga sudah mempraktekan bagaimana cara promosi yang baik untuk meningkatkan penjualan.
Di Museum ini bisa kita jumpai berbagai alat produksi seperti alat giling cengkeh, alat giling tembakau, alat perajang tembakau, mesin penggulung dan mesin pengemas. Juga alat promosi penjualan. Ada juga diorama yang menggambarkan bagaimana proses dari awal hingga menjadi rokok kretek. Selain itu juga ada banyak dokumentasi berupa foto maupun tulis. Sehingga penunjung dapat mempelajari bagaimana proses manual jaman dulu hingga proses dengan alat-alat modern.
Di halaman Museum, kita juga dapat memasuki bangunan replika rumah adat Kudus. Bangunan yang biasa disebut dengan Joglo Pencu ini bisa dibongkarpasang jika akan dipindah tempat. Bangunan joglo ini tidak menggunakan paku tapi menggunakan pasak.
Ukirannya sangat indah. Demikian juga dengan furniture yang terbuat dari kayu jati penuh dengan ukiran indah karya seni perajin Kudus.
Museum Jenang
Siapa yang ketika membaca nama museum ini spontan mbatin "Paling isinya jenang/dodol aja...apa menariknya?" hayo ngaku....hehehe...
Salah banget tuh...yuk, kenalan lebih jauh dengan Museum Jenang.
Kudus memang identik sebagai kota jenang.
Salah satu merk jenang yang dianggap sebagai pelopor adalah jenang Mubarok. Momentum seabad jenang Mubarok tahun 2010, digagaslah museum Jenang untuk mengenalkan produk jenang dan sejarahnya kepada umum. 24 Mei 2017, diresmikanlah Museum Jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia, yang terletak di Jalan Sunan Muria 33, Kota Kudus.
Memasuki ruang museum kita akan disambut dengan mengenal bahan pembuat jenang yaitu ketan dan gula kelapa. Juga menampilkan alat-alat produksi jenang tradisional, seperti alat pengaduk dan alat press. Di samping itu, terdapat pula berbagai macam perlengkapan dapur yang digunakan untuk menyajikan jenang.
Memasuki lebih dalam museum, kita akan diajak mengenal falsafah hidup masyarakat Kudus yaitu Gusjigang, sebagai warisan ajaran moral Sunan Kudus. Merupakan akronim dari baGUS akhlaknya (spiritual), pintar ngaJI (intelektual), dan terampil daGANG (entrepreneurship).
Disini terdapat miniatur Menara Kudus, diorama Pasar Bubar Menara Kudus, Galeri Asmaul Husna, Galeri Kaligrafi dan banyak lagi.
Yang menarik juga adalah Ruang Trilogi Ukhuwah yang menggambarkan kerukunan umat beraama dan toleransi yang tinggi sejak masa Sunan Kudus.
Dan pada 22 September 2022, Museum Jenang mendapatkan Rekor Muri Dunia Indonesia sebagai Museum Jenang satu-satunya di Indonesia.
Kedua museum ini memberikan pengalaman yang unik bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah dan kebudayaan Kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H