Cuaca cerah di tengah musim hujan Desember menemani saya, Dewi, Rosida dan Aid menikmati santap siang di kawasan Universitas Udayana Bali.Â
Kami mewakili angkatan 89 merupakan bagian dari rombongan SMAN 70 Jakarta yang berniat berpartisipasi memulihkan ekonomi Indonesia khususnya pariwisata Pulau Dewata. Tentu saja saya yang berdarah Bali dari Ibu saya, sangat berterimakasih dengan niat rekan-rekan alumni SMAN 70.
Tak lama usai makan siang, I Ketut Putu Manji pun datang. Ketut adalah rekan Dewi saat kuliah dulu. Jadi ini sekaligus ajang reuni sahabat lama haha... Ketut siang itu mengajak kami ke pantai Gunung Payung yang tak jauh dari situ.Â
Walaupun saya berdarah Bali, jujur sudah puluhan tahun saya tidak menginjak Pulau Dewata ini. Jadi ini kesempatan pertama saya mengunjungi Pantai Gunung Payung.
Menempuh perjalanan singkat, kami pun memasuki wilayah Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, posisi Pantai Gunung Payung berada. Area ini merupakan kawasan suci dari Pura Dhang Kahyanga Gunung Payung.
Memasuki area kami disambut banyak kera yang asik bermain di pinggir jalan maupun di jalanan. Di area parkir kendaraan, banyak kios.Â
Pengunjung bisa makan dulu atau belanja bekal untuk dibawa ke pantai. Tapi tentu saja harus tetap menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan ya temans ^_*
Kami berjalan ke anak tangga yang menuju ke bawah. Kesan pertama seperti akan memasuki gua. Anak tangga ini mengantar kami ke semacam terowongan unik dan berujung pada stage yang rencananya untuk pementasan Tari Kecak.Â
Semoga bisa cepat beradaptasi dengan kondisi pandemi yang belum usai, rasanya tak sabar membayangkan menonton tari Kecak berlatar lautan jauh di bawah sana. Kondisi alam Bali memang unik , luar biasa indah dan tentu saja romantis.
Bali kaya tempat untuk rehat & healing. Disinipun begitu...rasanya ingin diam sejenak menikmati nafas & berbagai nikmat karunia Nya...
Dari area stage kami menuruni cukup banyak anak tangga lagi. Pemandangan indah ke laut menemani kami sehingga tidak terasa begitu banyaknya anak tangga yang dilalui.Â
Diselingi dengan melalui semacam gang yang dipagari dinding tebing. Lokasi menarik untuk yang menyukai fotografi.
Dan akhirnya...kami pun  disambut hamparan pantai putih bersih dan air laut yang biru menggoda. Pantai ini relatif sepi. Entah karena efek pandemi atau memang karena letaknya yang seperti tersembunyi.
Hanya beberapa pengunjung termasuk turis asing yang membawa papan selancar.
Pantai gunung payung ini dipagari oleh bukit tebing, seolah menjaga privacy para pengunjung yang ingin beristirahat di pantai ini. Bukit disini memiliki banyak gua. Sangat instagramable.
Sayang bli Ketut ada keperluan, sehingga kami tak bisa berlama-lama menikmati keindahan alam bak surga ini. Â
Perjuangan untuk pulang pun dimulai....kami harus mendaki sekitar 300 anak tangga untuk kembali ke lokasi parkir...hehehe... Tapi tentu saja...keindahan alam menjadi hiburan tersendiri dalam pendakian pulang itu ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H