Mohon tunggu...
Lestari Zulkarnain
Lestari Zulkarnain Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Menulis itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Ingin Pangeran

23 November 2022   09:32 Diperbarui: 23 November 2022   09:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ma, kenapa semua pria nggak ada yang mau denganku?" kataku pada Mama sembari tidur di paha Mamaku yang juga ikut rebahan. Semenjak SMP hingga kuliah, 'tak ada satupun pria yang mau menembakku (menyatakan cinta pada). Setiap kali aku mencintai laki-laki, pasti jawabnya sudah punya pacar. Adapula yang menjawab bahwa mereka tidak mau berpacaran. Entah, apakah itu benar atau hanya alasan mereka menolakku.

"Tananglah, Nak. Kamu nggak usah pacaran, nanti langsung saja ta'aruf. Dalam Islam, gak ada istilah pacaran, adanya pacaran setelah menikah," ujar mamaku menenangkan. Ia membelai rambutku ikalku yang hitam. 

"Tapikan Lily ingin merasakan kayak orang-orang. Malam minggu kencan, makan bersama di caf, nonton di bioskop dan lain-lain," ucapku sedih. 

Baca juga: Keasinan

"Lily nggak usah khawatir, jodoh sudah ditentukan dan nggak akan tertukar."

Mendengar penjelasan Mama, hatiku sedikit tenang.

Namaku Lily Ratna Putri. Aku tak seperti namaku, sebenarnya cantik itu relatif, tetapi aku tidak tahu dengan wajahku. Aku memiliki hidung mancung kedalam, gigi agak maju serta bermata bulat, mirip keturunan Afrika. Rambutku keriting dan berkulit hitam manis, tapi ilang manisnya tinggal hitamnya. Aku mirip dengan papa. Persis tidak jauh berbeda, sedangkan Mamaku sangat cantik dan pintar, bahkan menjadi super star di sekolah dan di kampusnya dulu.  

Baca juga: Bau Badan Ngangenin

Mama dan papa dijodohkan oleh orang tuanya yaitu kakek. Berkat kepandaian Mama, bisnis Papa sangat maju. Mama yang mengendalikan bisnis, Papa yang memberi modal, sungguh pasangan serasi. Kini dari hasil bisnis Mama dan Papa, kehidupan kami sangat berkecukupan. Bahkan kalau dibilang, aku anak sultan. 

Sebagai wanita normal, aku ingin memiliki pasangan yang baik, terutama fisik mengingat fisikku yang di bawah rata-rata. Bukan aku menyalahkan Tuhan, tetapi begitu adanya. Banyak yang bilang seperti itu, tetapi hanya di belakang dan tidak berani langsung bicara padaku. Mereka takut karena melihatku sebagai anak orang berada. Yah, aku ingin memiliki suami yang tampan, tinggi, putih, berhidung mancung. Sempurna, tepatnya laki-laki sempurna, karena aku ingin memperbaiki keturunan. Orang bilang, fisik anak mirip bapaknya, dan karakter serta kepandaian anak, mirip ibunya. Oh ya, Tuhan memberikan anugerah kepadaku dengan kecerdasan, otakku seperti mamaku, cerdas!

Dari SD hingga kuliah saat ini, nilaiku selalu 100, kalau tidak salah, baru sekali aku dapat nilai 85, itupun pelajaran Bahasa Jawa. 

Baca juga: Akhir Cinta Pertama

**

Suatu hari, genk fenomenal di kampusku mengadakan event nyeleneh. Namanya event cari jodoh, bahasa lainnya take me out! Acara ini hanya untuk kalangan mahasiswa, kampus tidak dilibatkan. Bahkan jika kampus mengetahui, pasti bakalan dibubarkan. Syaratnya sangat mudah, hanya membayar uang pendaftaran dan memberikan data diri tanpa foto. Tanpa pikir panjang, aku pun mengikuti event tersebut takut ditutup karena hanya dibuka untuk laki-laki 50 dan perempuan 50. 

Event dilaksanakan hari Minggu di aula hotel Anggreni. Para peserta diusahakan berdandan secantik mungkin dan menggunakan topeng serta berpakaian tertutup agar tidak ada yang mengenali. 

Aku bingung mau pakai gaun seperti apa. Akhirnya aku pergi ke butik langganan dan memesan long dres. Warna long dress yang aku pesan adalah pink, warna favorit. 

Kemudian untuk menunjang penampilan agar terkesan manis dan elegan, rambut kriwilku ku bonding sehingga lurus dan rapi. 

Waktunya tiba. 

Berdasarkan info dari penyelenggara event, para peserta harus datang tepat waktu. Tepat jam 19.00 acara dimulai.

Tanpa sepengetahuan mama, aku pergi ke hotel tersebut ditemani Pak Timan, sopir pribadiku. Aku pamit sama mama untuk menghadiri pesta ulang tahun teman, jadi beliau tidak curiga. 

"Ya Allah, semoga malam ini aku mendapatkan jodoh seorang pangeran tampan dari negeri India," gumamku. 

Sebelum berangkat, aku mematut diri di cermin. Gaunku panjang menjuntai dengan warna pink dipenuhi manik-manik. Press body tetapi tertutup. Yah, tertutup agar kulit hitam manisku tak terlihat. Riasan wajah yang alami dengan polesan lipstik warna pink senada dengan warna baju. Alis mata kutebelin, bulu mata kulentikin dan pemerah pipi kupakai juga rambut panjang terurai. Aku bolak-balik di depan cermin berharap berubah menjadi Putri cantik. Tapi, ya sudah memang ini kenyataannya. Semoga nanti pasanganku mau menerimaku. 

Jam setengah tuju aku berangkat, tetapi sebelum berangkat, aku pamit sama Mama yang saat itu sedang santai di ruang tamu. 

"Duh anak Mama, kayak mau ke pesta aja," sapanya.

"Memang mau ke pesta kok, Ma," jawabku.

"Dianterin Bang Timan, kan?" tanya Mama untuk memastikan kembali.

"Iya, Ma, oya aku berangkat dulu, ya, Assalaamualaikum." Akuntak ingin Mama curiga, maka langsung saja pit dan menyalami dan mencium punggung tangannya, setelah itu aku menuju mobil dan Bang Timan telah siap.

Lima belas menit sampailah aku di hotel tempat event berlangsung.

Sesampainya di sana, aku diberi nomer peserta dan penutup mata. Peserta laki laki dan perempuan dipisah.  

Selain para peserta, penontong dari kalangan mahasiswa tempatkunkuliah pun banyak yang hadir. 

Tepat jam 19.00 acara dimulai. Peserta laki-laki dan perempuan disuruh berdiri. 

"Baiklah, sebelum acara inti, kali ini acara hiburan," ucap panitia lantang menggunakan mic. Acara hiburan diisi oleh grup band kampus dan menyanyikan lagu milik Kangen Band sehingga mampu menyihir oeserta dan penonton untuk ikut meresapi isi lagu.

"Ya Allah, semoga aku bisa berpasangan dengan Aldebaran, pria idamanku. Aku yakin dia ikut event ini, tetapi yang mana aku nggak tahu. Di sini sama sekali tidak ada yang kukenal, mungkin karena mereka menggunakan topeng. Bahkan sesama peserta wanitapun aku tidak kenal, ditambah lampu penerangan yang kurang," gumamku sembari menelisik para oeserta dan penonton berharap bertemu orang yang dikenal. 

"Baiklah, kali ini acara inti. Para peserta bersiap, pakai penutup mata dengan rapat, panitia akan membantu." Panitia menghampiri kami dan membantu memakaikan penutup mata. Gelap. 

"Oya, lampu ruangan ini akan kami matikan. Sebelum dimatikan, silakan kalian berputar-putar dan bergeser lalu menghadap kebelakang. Tunggu info dari saya lagi," ucap penyelenggara. Para peserta melakukan apa yang diinstruksikan, termasuk aku. Kami semua menghadap kebelakang dan bergeser tempat. 

"Ok, lampu akan segera kami matikan. Tunggu info dari saya, kalian harus tetap diam di tempat."

Tiba-tiba lampu mati, yang terdengar hanya alunan lagu sendu dari team suara. 

"Sekarang, kalian balik kanan," perintah penyelenggara. Akupun melakukan perintahnya. 

"Maju dua langkah," lanjutnya. Kami maju dua langkah. 

"Baik, sekarang ikuti petunjuk saya dan ikuti," ucap panitia. 

"Kalian maju sesuai hitungan saya," ucap panitia lantang. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh, berhenti!" Kami semua menghentikan langkah. Aku merasa di depanku ada seseorang, apakah dia pasanganku? Kami masih diam. 

"Siap-siap, lampu akan kami nyalakan dan buka penutup mata."

Lampu pun menyala, aku buka penutup mata tetapi topeng belum boleh dibukaa. Meski lampu dinyalakan, tetapi penerangan remang-remang.

Kuperhatikan pria bertopeng dihadapanku. Dia tinggi, tegap, menggunakan jas coklat dan celana bahan serta berdasi. Masya Allah keren sekali, duh, bikin penasaran, siapakah dia sang pangeranku. Dag-dig-dug jantungku berdetak lebih kencang. Belum bertemu orangnya, tetapi sudah bergetar. Pasti sangat tampan, bodinya mirip Aldebaran.

"Silakan kalian berdiri bersama pasangan masing-masing."

Kami laksanakan perintah panitia. 

"Sebentar lagi puncak acara, bila lampu kami nyalakan lebih terang, silakan buka topeng kalian," printah Panitia lantang. 

Tak berapa lama, terdengar musik disco dan lampu dinyalakan lebih terang, hingga semua peserta terlihat. 

Kami serentak membuka topeng dan Oh My God!

Gubrak!! Pingsan.

***

"Kau," ucapku lirih. Aku berada di sofa dekat kursi panitia. Aku merasa hidungku bau minyak. 

"Kau," ucapku lagi. Kaget benar-benar kaget. 

.

.

.

.

.

"Lily," ucap pria itu. 

"Pergi, kenapa harus denganmu," ucapku. 

"Namanya juga jodoh, Ly. Syukur Alhamdulillah Allah mempertemukan kita, hari ini juga, aku melamarmu."

Gubrak!!!

Rupanya pria itu si Tarjo, nama lengkapnya Tar Joe Wibowo, dia orang yang selama ini mengejar-ngejarku. Dia putra dari rekan bisnis Papa, wajahnya mirip denganku, hidung mancung kedalam, gigi agak kedepan dan rambut keriting. Namun dia juga bintang kampus, bodinya memang bagus, tinggi, tegap dan kulitnya putih. 

Inikah yang namanya jodoh?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun